14 November 2011

Refleksi Bangsa

0 komentar
Berbagai macam kisruh di negara ini tak ubahnya seperti di sinetron.  Sementara, sinetron tanpa kualitas masih terus tayang dengan cerita yang serba berlebihan dan tidak masuk akal. Kita geram! Tapi ternyata itu semua adalah cerminan kehidupan bangsa ini. Banyak kejadian sosial politik mirip dengan cerita sinetron.

Kita flash back sebentar. Saat awal gerakan reformasi kita rasanya punya musuh bersama. Ya, Soeharto. Rasanya saat itu hampir semua rakyat sependapat bahwa beliau harus turun. Kini setelah reformasi berjalan lebih dari 10 tahun, Soeharto kembali dirindukan. Sementara makin banyak yang mempersalahkan  gerakan reformasi ‘98.
Kemudian hingga saat ini muncul terus sinetron lainnya contohnya saja kasus Bibit Candra, Antasari, Centurigate, Gayus Tambunan, Nazaruddin, Kasus Wisma Atlet, Malinda Dee, dan lain sebagainya.

Mungkinkah dengan berjalannya waktu  nasibnya akan sama dengan yang lain? Dijatuhkan dan tersingkirkan?.  Tentunya kita masyarakat Indonesia berharap bahwa tokoh protagonis akan tetap dicintai dan tetap berujung pada  kemenangan akan keadilan dan kebenaran. Tapi mungkinkah sinetron ini happy ending ? sementara tidak sedikit yang bernasib naas…tragis!.

Kebenaran jungkir balik, sang penjahat terus berjaya bahkan menjadi pahlawan. Kejujuran dan moral terpojok dan menjadi asing. Masyarakat di semua tingkat kehidupan dengan mudah tergiring berbagai informasi, tidak peduli sebodoh apapun informasi itu. Penjahat tidak tertangkap dan terus melakukan kejahatan, orang baik teraniaya, dan seterusnya.
 
Kebenaran menjadi kabur. Mana pahlawan mana pecundang. Opini masyarakat begitu mudah berubah. Akibatnya negeri ini tetap carut marut, larut dalam pusaran kehancuran moral dan keadilan. Tentu saja ini membuang semua kesempatan terciptanya masyarakat adil dan makmur seusai cita-cita bangsa yang tertera dalam UUD 45

Maka, Janganlah mencaci-maki sinetron-sinetron tersebut. Karena itu merupakan cerminan kondisi masyarakat kita saat ini. Selagi kita turut ambil bagian dalam jungkir baliknya kebenaran, kita yang menciptakan sinetron murahan itu!

Kalau mau dan mampu, mari teriakkan dan berani menegakkan kebenaran baru boleh protes sama cerita sinetron kita. Bisakah?

_rheyzaurus_


26 Oktober 2011

Lovely Purple

0 komentar
Lovely purple
Lovely purple

Photografer : M. Reza Agusta
Title : Lovely Purple
Location : Gunung Nglanggeran, Wonosari
Resolution : 96 dpi
Camera : Canon EOS 450D
Lens Aperture : F/5.7
ISO Speed : ISO-400
Focal Length : 47 mm
F-Number : F/5.6
Exposure : 1/640 sec.
Shutter Speed : 1/664 sec.
Creation Software : Photoscape V3.5

Yellow

0 komentar
Yellow
Photografer : M. Reza Agusta
Judul : Yellow
Location : Candi Gedong Songo, Ungaran
Resolution : 72 dpi
Camera : Casio EX-Z33
Lens Aperture : F/5.6
ISO Speed : ISO 100
Focal Length : 19 mm
F-Number : F/5.6
Exposure : 1/160 sec
Creation Software : Photoscape V3.5

17 Oktober 2011

Gallery Nglanggeran II

0 komentar












Ketika Tuhan Menciptakan Indonesia

0 komentar


Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakan- Nya. Malaikat pun bertanya, “Apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?”. “Lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet biru yang bernama Bumi,” kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon. Tuhan melanjutkan, “Ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. Di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang”.


Lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa. Di Eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti Inggris, Skotlandia dan Perancis. Tetapi di daerah itu, Tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.


Di Eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti Spanyol dan Portugal, tetapi banyak sinar matahari dan hangat serta pemandangan eksotis di Selat Gibraltar.


Lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, “Lalu daerah apakah itu Tuhan?”. “Oh itu Indonesia", Kata Tuhan. "Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. Penduduknya Ku ciptakan ramah tamah,suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. Mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni.”


Dengan terheran-heran, Malaikat pun protes, “Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya? “


Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, “Wait, until you see the idiots I put in the government.”.


Dan untuk rasa terima kasih, kami pemuda-pemudi Indonesia memberikan penghargaan sebesar-besarnya kepada pejuang yang telah mengorbankan darah dan air mata mereka untuk bangsa yang tidak tahu terima kasih ini.


Sayup-sayup terdengar :




“Indonesia tanah air beta


disana tempat lahir beta,


dibuai dibesarkan bunda,


Tempat berlindung di hari Tua


Hingga nanti menutup mata”





Sumber : HMINEWS.COM

I'm Alive Now!

0 komentar

If you look up at the sky after falling down, the blue sky is also today stretching limitlessly and smiles at me…


Yeah.. I’m alive!


Birunya langit hari ini mengajariku akan suatu hal, segalanya akan selalu berganti seperti indahnya langit hari ini, sebelumnya aku melihat mendung menutupi hamparan luas perkamen langit, namun angin mematuhi melukis takdirMu mengganti kelabunya langit mejadi biru nan elok, langit membiru seolah menitipkan senyuman matahari, mereka ingin kita selalu tersenyum, tersenyumlah untuk sekarang dan nanti sampai waktu cukup untuk melepas kita pergi, karena dengan senyuman segala hal yang menyiratkan kesedihan akan berangsur menghilang dan membuat segalanya terasa lebih mudah, kala kesedihan itu menghampiri ingatlah setiap kebahagiaan yang kita terima selama ini, bukankah porsi kebahagiaan lebih banyak dibandingkan kesedihan, lalu apa lagi yang kita risaukan? Karena setiap kesedihan atau kebahagiaan akan segera berakhir dan berganti dengan peristiwa lagi, sebuah proses pembelajaran untuk memahami mengapa kita hidup saat ini.


Aku berjalan hanya dengan mata hati, bernafas hanya dengan tekad, aku mendaki penuh dengan teka teki, dimanakah matahariku?


Matahariku selalu bersinar, namun makna sinarnya hanya mengenai mereka yang mau membuka diri, meskipun cahayanya seolah menerpa setiap insan di bumi ini, tapi tiap tiap yang menerima berbeda mengartikannya, ada yang bingung mengapa matahari ini kadang bersinar kadang redup, ada yang sedih kenapa matahari redup hari ini, ada yang risau akankah dapat melihat lagi indahnya matahari hari ini, dan ada pula yang berfikir mengapa matahari tidak pernah lelah bersinar? Kita berada dimana, kita berhak memilih.


Matahariku selalu bersinar, takdirnya memberi arti kehidupan ini, aku pun ingin seperti dia dengan segala kemampuan yang aku miliki saat ini, berusaha memberi arti, bukankah kita terlahir di dunia ini adalah dengan takdirNya, dan kita terlahir di dunia ini bukan tanpa tujuan melainkan membawa pesan- pesan Tuhan, hidup ini pilihan, dan aku telah putuskan, pilihan yang wajib aku perjuangkan. Aku dalam masa proses, tapi keyakinanku sangat kuat, aku harus berjuang kawan, kamu bisa aku pun bisa!


Bila Aku jatuh nanti, Aku siap Melompat lebih Tinggi. Tetap Semangat dan Hadapi setiap Episode Hidup dengan Senyuman.


Everyone feels pain. But surely, after suffering satisfaction will arrive. Step by step, I want find that light

Gunung Sumbing, Pesona Gunung Gersang Yang Tidak Mudah Ditaklukkan Part 2

0 komentar

Lanjutan…


Kurang lebih jam 6 saya sudah keluar dari tenda dan segera menghirup udara segar pada pagi itu. Di ufuk timur matahari sudah keluar dari peraduannya dan menciptakan siluet yang luar biasa di belakang punggungan Sumbing. Setelah meluruskan badan sejenak sambil ber-narsis ria dan menikmati segelas kopi panas kami segera bersiap melakukan summit attack pada pukul 8 pagi. Fyuuhhh.. ini yang jadi bahan fikiran saya ketika mendaki gunung sumbing. Pada siang hari, suhu akan semakin tinggi ditambah lagi dengan kondisi gunung yang gersang dan tidak adanya sumber air. Hal ini akan mengakibatkan kelelahan yang luar biasa serta dehidrasi yang sangat cepat menghinggapi para pendaki. Disarankan mendaki gunung ini ketika hari sudah mulai gelap.





Jam 9 kurang kami tiba di Pestan (peken setan/pasar setan) pada ketinggian 2437 mdpl. Di kawasan ini para pendaki dapat mendirikan tenda karena lokasi ini sangat luas dan datar berupa padang rumput dengan sedikit pepohonan kecil. Namun jika mendirikan tenda di lokasi ini para pendaki harus berhati-hati terhadap terpaan angin kencang dan badai yang kadang-kadang sampai merobohkan tenda. Kondisi jalan masih berupa tanah merah berpasir.


Kami berhenti sejenak disini sambil sarapan pagi. Wawan kelaparan. Bahar ketiduran karena capek, kondisi fisiknya mulai mencapai 30 % hhaa.. Parto masih bertahan. Didit dan Andri masih kuat (salut).






Karena kondisi jalur yang mulai “aduhai asoy”, kami menyembunyikan beberapa carrier termasuk perlengkapan di dalamnya agar mengurangi beban yang kami bawa. Berharap tidak akan ada yang mengambil, karena gunung memiliki hukumnya sendiri.


“karena gunung memiliki hukumnya sendiri”


Pukul 10 kami langsung capcus dari tempat istirahat kemudian dokumentasi sebentar di kawasan Pestan. Dari Pestan jalur semakin curam dan sulit karena jalurnya yang berbatu dan jika tidak hati-hati akan tergelincir. Kawasan ini dinamakan Pasar Watu karena banyaknya batu-batu karang besar yang berserakan. Di ujung jalur ini terdapat sebuah dinding terjal yang menanjak serta buntu sehingga para pendaki harus memutar melewati daerah punggungan bukit sebelah kiri di akhir kawasan Pasar Watu. Jalur ini lumayan menegangkan karena jalannya yang sempit. Disebelah kiri terdapat jurang yang cukup terjal dan di kanan terdapat dinding terjal namun jalur ini sepenuhnya datar (bonuss). Andri dan Parto ternyata nyasar ke jalur buntu jadi saya harus mengejar mereka berdua. Karena jalan kembali ke ujung Pasar Watu terlalu jauh, saya memutuskan kita turun dari puncak buntu tersebut dengan memanjat tebing. Whahahha…seru..seru..


KM VI (Watu Kotak) : Setelah menelusuri sisi batuan terjal ini kami sampai di Watu Kotak dengan ketinggian 2763 mdpl. Disebut Watu Kotak karena di tengah jalur ini terdapat beberapa batu besar yang berbentuk kotak dan memiliki ceruk yang dapat digunakan sebagai perlindungan dari tiupan angin dan hujan. Di kawasan ini terdapat sedikit ruang bagi para pendaki untuk mendirikan tenda kecil. Namun, para pendaki tidak boleh buang air sembarangan dan berbicara yang kasar di tempat ini karena termasuk salah satu tempat yang dikeramatkan. Waktu menunjukkan pukul 12.30.


Kami beristirahat sejenak dengan ditemani segelas kopi dan beberapa snack. Entah siapa yang memiliki ide minum kopi siang hari diatas gunung yang kering ini. Hhaaa...(bikin tambah dehidrasi saja! Wan, mengaku!!!) Alhasil persediaan air minum kami berkurang menjadi 1 botol ditambah lagi Bahar yang hobinya minum kayak sapi. Hhhaa..





Disini kami tidak terlalu lama beristirahat. Wawan dan Parto sudah mulai melanjutkan perjalanan. Kemudian disusul Andri, Didit, dan Saya. Sedangkan Bahar kami tinggalkan sendirian di Watu Kotak karena ketiduran dan sudah kondisinya sudah memasuki angka 10 %.


Saya :    “Bahar, kalau tidak sanggup kau disini saja. Tunggu torang bale dari puncak. Tidak lama torang disana”.


Bahar :  “Aihh… tidak bang! Saya mau memecahkan rekor demi 5 cm (buku donny dhirgantoro tentang pendakian ke Semeru). Kalian duluan saja, saya mau tidur dulu”. Zzzzz….zzz….zzz…


Saya :    “oke.. tapi pelan-pelan saja jangan terlalu bapaksa”.


Akhirnya kami pun meninggalkannya sendirian. Tanpa air. Hhaa…


Dari Watu Kotak kami melewati kawasan Tanah Putih. Kawasan ini sepenuhnya terdiri dari batuan kapur dan merupakan jalur yang paling berat diantara jalur yang lain. Saya pun hampir frustasi di tempat ini karena kondisi jalannya yang sangat menanjak dan terjal diperparah lagi dengan dehidrasi yang amat sangat. Beberapa kali saya sempat tergelincir ke bawah karena batuannya yang mudah jatuh menggelinding. Sekitar 1,5 jam perjalanan Saya dan Didit sampai di Puncak. Untuk sampai ke Puncak dari Tanah Putih kita terus lurus keatas sedangkan untuk menuju Kawah Besar pendaki harus mengelilingi jalan setapak di sebelah kiri Puncak.


KM VII (Puncak) : Puncak Gunung Sumbing ini dikelilingi oleh tebing-tebing batu dan memiliki beberapa puncak antara lain Puncak Buntu pada ketinggian 3371 mdpl dan Puncak Sumbing pada ketinggian 3372 mdpl. Puncak Gunung Sumbing tidak terlalu luas karena terdiri dari tumpukkan batu-batu karang besar sehingga para pendaki tidak dapat mendirikan tenda di tempat ini. Sebenarnya di puncak ini kita dapat melihat megahnya Gunung Sindoro yang terletak tepat di depan mata dan keindahan Gunung Slamet (3428 M) di sebelah barat. Tapi karena awan yang sangat tebal sehingga kita tidak dapat melihat semua keindahan itu. Jika kita melongok ke kawah, kita dapat melihat dengan jelas keluarnya asap belerang dari perut Sumbing. Kita pun dapat sampai kesitu dengan cara menuruni tebing sebelah kiri dari Puncak Buntu tetapi pendaki juga harus hati-hati dengan kawah belerang tersebut.




“Cuaca cerah, angin berhembus kering, langit biru, jurang kawah menjulang, hamparan awan luas membentang. Mungkin tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya rasa syukur dan kagum atas ciptaan-Nya. Hanya merasa kerdil dibanding seluruh semesta. Hanya merasa malu untuk menjadi sombong setelah melihat batapa kecilnya kita. Menaklukkan gunung adalah menaklukkan diri sendiri, menaklukkan ego dan kecongkakan diri, menjadi orang yang lebih peka terhadap sekitar kita. Alam…mengajarkan kita semua.”



Ingin rasanya berlama-lama merasakan segala pengalaman spiritual itu, kepuasan bathiniah yang tak ternilai. Rasa lelah dan penat sepanjang peralanan seakan terbayar lunas ketika sampai di puncak gunung gersang ini. Namun waktu yang kami miliki tidaklah banyak, kami harus segera turun karena malam akan segera menjelang. Kami tidak ingin kemalaman sebelum kawasan Pestan.




07 Oktober 2011

Alun - Alun Kidul Yogyakarta, Antara Wisata dan Cinta

1 komentar

SEJARAH


Salah satu ciri yang juga menjadi identitas bagi pusat - pusat kota lama di Pulau Jawa adalah adanya alun - alun pada pusat kota tersebut. Alun - alun di Pulau Jawa ini berupa sebuah lapangan luas yang dikelilingi oleh pohon beringin di tengahnya. Salah satunya yaitu Alun - alun yang berada di Kota Yogyakarta.


Di masa kerajaan Mataram, Alun - alun Kidul berfungsi untuk menyiapkan suatu kondisi yang menunjang kelancaran hubungan antara keraton dengan dunia luar. Alun-alun Kidul juga melambangkan kesatuan kekuasaan yang sakral antara raja dan para bangsawan yang tinggal di sekitar alun - alun. Sedangkan Alun - alun Lor berfungsi untuk menyediakan persyaratan bagi berlangsungnya kekuasaan raja.


Alun - alun Kidul ini merupakan bagian belakang Keraton Yogyakarta. Menurut sejarahnya, alun - alun Kidul dibuat untuk mengubah suasana bagian belakang keraton menjadi seperti bagian depan karena Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, dan laut Selatan Pulau Jawa jika ditarik dalam satu garis imajiner akan membentuk satu garis lurus. Agar posisi Keraton Yogyakarta tidak seperti membelakangi laut Selatan, maka dibangunlah Alun - alun Selatan.


Alun - alun kidul Yogyakarta yang biasa di singkat dengan Alkid, atau dalam bahasa Indonesia yang berarti alun - alun selatan, merupakan bagian paling selatan dari Keraton Yogyakarta. Pada saat ini, Alkid menjadi ruang publik bagi masyarakat. Apabila anda berada di Yogyakarta dan mengunjungi Alkid pada sore hingga malam hari, Alkid menjelma menjadi tempat rekreasi rakyat yang sangat sayang apabila di lewatkan.


Berbagai penjual makanan dapat dijumpai di Alkid. Selain itu, pada malam hari kawasan Alkid ini juga menjadi wisata bersepeda. Berjajar sepeda tandem (sepeda yang bisa digunakan lebih dari 2 orang) hingga becak yang telah dimodifikasi sedemikian rupa dengan hiasan lampu yang mencolok disewakan oleh sejumlah pemilik sewa sepeda. Alkid juga menjadi area olahraga yang diminati oleh masyarakat Yogyakarta.





Pada bagian tengah alun - alun terdapat dua buah pohon beringin yang usianya cukup tua dan keduanya dibatasi oleh pagar benteng yang kokoh. Pohon Beringin ini pun menjadi sebuah obyek permainan yang menarik. Berawal dari kepercayaan masyarakat Yogyakarta tentang orang yang berhasil melewati kedua Pohon Beringin tersebut dengan menutup mata, maka akan dipermudah dalam meraih cita - citanya, maka saat ini banyak wisatawan yang menyempatkan waktu untuk berkunjung mencoba permainan tersebut.


Terdapat kandang gajah di Alun - alun Kidul. Gajah yang berada di dalam kandang ini adalah milik Keraton Yogyakarta. Dahulu gajah ini sering dinaiki oleh anak - anak sebagai sarana hiburan. Tetapi saat ini hiburan ini memang sudah berkurang walaupun istilah kandang gajah masih cukup familiar di telinga masyarakat.


Letak Alun - alun Kidul yang berada di wilayah selatan Keraton Yogyakarta memudahkan wisatawan untuk berkunjung. Anda hanya perlu menemukan Keraton Yogyakarta dan mengikuti jalan ke arah selatan, maka anda akan langsung menemukan alun - alun Selatan Yogyakarta.


Masih di dalam kompleks Alun - alun Kidul, terdapat bangunan Sasana Hinggil yang pada zaman dahulu menjadi tempat bagi raja untuk menyaksikan adu manusia dengan harimau yang disebut rampog macan, tetapi saat ini berubah fungsi menjadi tempat pertunjukan seni.


Alun-alun kidul adalah sebuah tempat dimana kedua pohon beringin tersebut menjadi saksi di malam 10 November saya bersama pacar memulai hubungan sampai saat ini. Setiap tanggal segitu di setiap bulannya biasanya kami menyempatkan datang ke alkid.





_rheyzaurus_

03 Oktober 2011

Merbabu Challenge 2011

0 komentar


* NB :


1. Start awal dari basecamp ALPEN di Jalan Kaliurang KM 14,5. Kurang lebih Pukul 18.30 WIB.


2. Iuran terakhir dikumpulkan pada Kamis malam tgl 07/10/2011 sekaligus kepastian rombongan yang akan ikut.


3. Jaga kondisi dan siap mental


4. Segera hubungi koordinator (saya) di nomor yang tertera untuk info lebih lanjut


5. Terima Kasih

30 September 2011

Butterfly Effect Dalam Sepak Bola

0 komentar

Mungkin sebagian dari anda pernah mendengar istilah Butterfly Effect? Kepakan sayap sejumlah kupu-kupu di pedalaman Brasil dapat menyebabkan tornado ganas di kota Texas. Teori ini pada intinya mengatakan bahwa kesalahan sekecil apapun dapat menyebabkan bencana / perubahan sejarah di kemudian hari yang akan berbuntut panjang.


Tak terkecuali dalam sepakbola. Keputusan, kesalahan dan keberuntungan yang dibuat atau didapat di pentas tertinggi akan berpotensi untuk menciptakan sejarah baru. Apa yang akan terjadi bila Zidane tidak menyundul Materazzi pada saat final Piala Dunia 2006? Atau bola penalti sepakan Asamoah Gyan tidak membentur tiang pada menit 120 pertandingan perempat final Piala Dunia 2010? Bisa jadi Prancis akan menjadi juara untuk kedua kalinya dan Ghana menjadi tim Afrika pertama yang lolos ke semifinal di pentas Piala Dunia.


Kemudian tahukah anda Alex Ferguson pernah nyaris dipecat dari kursi pelatih Manchester United setelah empat tahun melatih tanpa gelar dan nyaris membawa tim Setan Merah degradasi? Apa jadinya bila pertandingan terakhirnya melawan Nottingham Forest di musim tersebut diwarnai kekalahan? Anda sekalian kemungkinan besar tak akan melihat dinasti kejayaan United di bawah asuhan Sir Alex Ferguson yang melahirkan bintang-bintang seperti David Beckham, Paul Scholes, Ryan Giggs, atau bahkan Cristiano Ronaldo.


So, dengan adanya butterfly effect ini marilah kita mencermati bahwa menang-kalah, gagal-berhasil dalam pentas sepakbola, terutama di level tertinggi maupun level menengah ke bawah , memiliki beda setipis kertas. Kesalahan atau keberuntungan sekecil apapun memegang kunci mengubah euforia sejarah dan cerita. Karena sepakbola bukan sekedar olahraga, bukan sekedar permainan, inilah pertunjukan penuh drama amarah, senyum dan air mata, yang menggugah bagi mereka yang benar-benar menyaksikannya dan merasakannya.


Every moment, every decision, every mistake, you’re playing for the future.. don’t mess it up!



_rheyzaurus as SEFARUAD7_


Remisi untuk Koruptor

0 komentar

Senin, 5 September 2011



ENAK menjadi koruptor di negeri ini. Negara memperlakukan mereka sangat istimewa.


Pertama, hukuman di tingkat banding dan kasasi bukan semakin berat, melainkan malah semakin ringan. Kedua, di dalam penjara pun koruptor masih bisa membeli kemewahan fasilitas. Ketiga, koruptor mendapatkan remisi, pemotongan hukuman, berkali-kali.  Sedikitnya dua kali dalam setahun pemerintah memberi remisi kepada koruptor, yaitu pada saat memperingati Hari Kemerdekaan dan hari besar keagamaan. Penganugerahan remisi itu biasanya dilakukan dalam sebuah upacara resmi dan diliput televisi.


Pada tahun ini, misalnya, dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan, sebanyak 427 narapidana korupsi mendapat remisi dan 19 orang di antaranya langsung bebas. Begitu juga saat memperingati Idul Fitri, sebanyak 243 koruptor mendapat remisi dan delapan di antaranya langsung bebas.


Selain mendapatkan remisi yang sifatnya umum itu, para terpidana korupsi masih bisa mendapat remisi tambahan. Kalau rajin menjadi donor darah empat kali setahun, menjadi ketua kelompok atau pemuka napi, terpidana korupsi bisa memperoleh tambahan remisi satu bulan sepuluh hari.


Fakta tak terbantahkan bahwa tak seorang pun koruptor di Republik ini yang menjalani hukuman penjara secara penuh. Itu pula sebabnya hukuman untuk korupror tidak pernah memberi efek jera.


Suara publik sampai kering mengecam pemberian remisi kepada koruptor yang menafikan efek jera. Akan tetapi, pemerintah menutup telinga. Dengan gagah perkasa, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar bahkan beralasan bahwa remisi merupakan hak narapidana, termasuk koruptor.


Tidak hanya itu. Patrialis Akbar mengharapkan pemberian remisi tidak dinilai sebagai kemanjaan bagi narapidana, tetapi harus dipahami dari sisi rasa kemanusiaan. Hal itu memperlihatkan watak pemerintah yang lebih berempati kepada koruptor di balik jeruji besi daripada rakyat yang dimiskinkan koruptor.


Sejauh ini pemerintah mengacu kepada ketentuan umum bahwa siapa yang berkelakuan baik selama di penjara akan mendapatkan remisi. Mestinya, pelaku kejahatan luar biasa seperti koruptor tidak diberi remisi. Korban korupsi ialah publik. Koruptor telah menghancurkan harkat dan martabat bangsa sehingga tidak pantas mendapatkan remisi.


Tidak sulit mengubah aturan remisi koruptor. Tidak perlu mengubah undang-undang, cukup memperbaiki isi Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Namun, perkara yang mudah itu menjadi sulit karena pucuk tertinggi pemerintahan tidak memiliki kemauan politik yang hebat untuk memberantas korupsi.



Sumber : Editorial Media Indonesia

Memaknai Idul Fitri

0 komentar

Selasa, 30 Agustus 2011


Seusai berpuasa selama satu bulan penuh dalam suasana Ramadan yang penuh berkah, akhirnya umat Islam di seluruh dunia menyambut Hari Raya Idul Fitri. Perayaan Idul Fitri seperti lazimnya perayaan sebuah pencapaian besar, dirayakan secara meriah dan masif. Perasaan suka cita, kegembiraan, dan kemenangan yang mendominasi perayaan hari ini menjadi klimaks dari perjuangan menahan diri secara fisik, mental, jiwa raga, lahir maupun batin yang dilakukan selama Ramadan.


Idul Fitri pun kemudian dimaknai sebagai hari kemenangan. Kemenangan terhadap hawa nafsu, kemenangan terhadap kekufuran, dan kemenangan terhadap kekerdilan, serta kemenangan terhadap segala sesuatu yang berkonotasi negatif.


Spirit Idul Fitri, karena itu adalah spirit yang dipenuhi energi positif. Setelah sebulan penuh berjuang dan lulus dari ujian berat Ramadan dengan menyingkirkan dan mengalahkan segenap energi negatif, memasuki Idul Fitri energi umat Islam dipenuhi dengan muatan yang serba positif.


Mereka yang lulus dalam ujian Ramadan pun dipersepsikan sebagai pribadi yang telah berhasil mencapai kualitas tertinggi dalam derajat ketakwaan dengan kembali ke fitrah, kembali kepada kesucian dan kedamaian.


Karena itu, Idul Fitri juga menjadi titik awal untuk meneruskan dan mengimplementasikan makna dari kata syawal, yaitu berarti peningkatan. Artinya, sebagai akhir Ramadan, syawal semestinya juga benar-benar dimaknai sebagai momentum perubahan ke arah lebih positif di segala bidang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


Nilai-nilai puasa Ramadan yang selama satu bulan ditanamkan dan berhasil diraih, semestinya dapat diterapkan ke dalam 11 bulan lainnya. Puasa yang bermakna menahan diri dari segala hawa nafsu juga hendaknya juga dapat dimanifestasikan dalam perilaku yang lebih bersih, lebih baik, dan lebih beradab.


Perilaku rakus, destruktif, malas, korup, tidak jujur, tidak disiplin, dan tidak bertanggung jawab yang selama ini masih menjadi fenomena paling sulit diberantas di negeri ini, semestinya akan jauh lebih berkurang dalam 11 bulan mendatang.


Idul Fitri adalah juga momentum untuk meningkatkan hubungan horisontal antarsesama. Ia harus menjadi kesempatan bagi peningkatan kohesivitas dan solidaritas sosial. Silaturahmi, saling memaafkan harus dilakukan secara tulus, patut, dan pantas. Artinya, saling memaafkan menjadi sebuah keharusan. Namun, ia tidak boleh meniadakan hukum positif yang berlaku di negeri ini.


Kesalahan harus diusut, hukuman harus diberikan kepada yang terbukti bersalah, kebenaran dan keadilan harus tetap ditegakkan. Karena, bila pelanggaran hukum dibiarkan, ia akan dianggap sebagai kebenaran. Selamat



Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin.

Penyakit Stagnasi Akut Milikku

0 komentar
Aku menyadari, bahwa akhir-akhir ini aku mengalami stagnasi yang serius. Saat kehidupan berputar dengan frame gambar-gambar keseharian yang sama hari ke harinya, dengan babak-babak yang berulang dan tanpa sebuah letupan-letupan semangat, aku sadar ada yang harus ditafakuri sejenak. Rasanya ini stagnasi.

Saat sebuah puncak jalanan menanjak sudah kita jejakkan kaki, lalu biasanya setelah itu hamparan jalan adalah menurun, atau katakanlah paling tidak dia akan datar-datar saja.


Sewaktu sekolah, mimpiku adalah merantau dan kuliah, saat kuliah mimpiku adalah bekerja dan berkeluarga. Tapi sekarang sampailah sudah pada fase dimna aku tiba-tiba menjalani rutinitas dengan otomatis. Setiap hari selalu sama, tertebak dan begitu-begitu lagi.


Apa yang salah?


Lama-lama aku sadar ini perkara mimpi. Ada tujuan yang membuat kita bergelora dan meletup-letup. Saat ada sesuatu yang ingin kita capai, kita akan berlari dengan lebih kencang, arahnya pun kita sudah terka kemana, katakanlah suatu kali kita melenceng, tapi akan gampang kita kembali ke tujuan. Katakanlah suatu kali kita jatuh terjerembab, kita akan gampang bangun lagi, meski sakit kita tetap berlari. Karena ada sesuatu itu yang akan kita raih. Ada mimpi.


Kalau begitu kenapa tidak bermimpi lagi saja?


Rasanya, dalam segala tatarannya, mimpi-mimpi kita itu akan berkembang lebih berisi dan penuh tantangan, seiring juga dengan fase kehidupan kita.


Saat kita masih kecil, mimpi kita mungkin sebatas hal-hal remeh. Saat kita sudah beranjak besar, mungkin benturan mimpi kita adalah bagaimana mensinkronkan visi pribadi dengan realita lingkungan yang sering tidak sejalan. Makin besar lagi kita, makin besar pula masalahnya.


Dulu mungkin mimpi kita adalah terbang ke langit dan memetik bintang, maka setelah dewasa mimpi kita haruslah juga terbang ke langit dan memetik bintang, tapi dengan membawa sederet gerbong keluarga ini untuk sama-sama melihat bintang yang itu, langit yang itu, terbang ke arah situ, dan itu seninya.


Dulu, saya pernah ditegur keras oleh seorang dosen pembimbing skripsiku karena saya sudah melewati “batas normal” masa perkuliahan. Katanya : “orang tua itu, lebih banyak pengalaman hidupnya daripada kamu, mereka lebih siap menghadapi banyak cobaan hidup, mau takdir baik, mau takdir buruk. Yang tidak siap itu kamu!”


Pedas…tak ada ampun. Tapi aku bersyukur sekali. Kalimat itu seperti mendorongku untuk lebih semangat lagi dan lagi dalam menyelesaikan studi.


Ya, memang benar. Cobalah tengok orang tua kita! Mereka itu prototype pemimpi sejati, tak usah jauh-jauh. Geletar mimpi mereka itu masih mengaliri denyut-denyut kehidupan kita. Kalau mimpi kita waktu kecil adalah hidup layak dan berpendidikan layak, maka mimpi mereka adalah bagaimana membawa sekian orang dalam gerbong itu menjadi lebih baik, sama sekali bukan gelora-gelora pribadi seperti kita.


Mimpi sepertinya memang harus di perbaharui di setiap fase hidup kita, tapi merekonstruksi pemahaman kita tentang mimpi adalah juga penting. Dan ada kalanya bercermin pada orang – orang di sekitar kita yang lebih sukses.


Tidak punya mimpi mungkin membuat hidup menjadi stagnan, lesu dan mati. Tapi salah membuat mimpi, seringkali juga membuat kita semakin jauh berbelok arah. Arghhh…



-rheyzaurus-

22 September 2011

Sahabat - Just Write This

2 komentar

Sahabat adalah sebuah kata yang menandakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang menyatu dalam kesatuan emosi dan membuatnya begitu berarti. Terkadang sahabat dapat membuat hari-hari yang kita lalui benar-benar indah dan memiliki banyak cerita, namun tidak jarang sahabat membuat kenangan terburuk sepanjang hidup kita. Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.





Bagi saya, sahabat adalah sahabat. Dan sahabat terbaik adalah sahabat yang tahu kapan dia atau kita membutuhkannya.



...and they're my friends...


[slideshow]



-rheyzaurus-

Gunung Sumbing, Pesona Gunung Gersang Yang Tidak Mudah Ditaklukkan

0 komentar

Berawal dari niat dan tekad yang kuat bersama seorang kawan untuk menyelesaikan pendakian "triple S" (Sumbing, Sindhoro, Slamet) di Jawa Tengah, maka diputuskan Gunung Sumbing adalah tujuan pendakian selanjutnya.



Gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah dengan ketinggian mencapai 3.371 mdpl dan berhadapan langsung dengan Gunung Sindoro yang sudah pernah saya taklukkan bersama komunitas ALPEN kurang lebih setahun yang lalu.

Gunung ini memiliki tipe strato atau kerucut yang membuatnya terlihat sangat terjal dan sulit untuk didaki. Kondisi puncaknya yang terdiri dari tebing batu cadas dan banyak kawah - kawah kecil yang selalu mengeluarkan asap belerang membuat gunung ini selalu diminati oleh para pendaki dari seluruh pelosok negeri. Apalagi gunung ini termasuk dalam pendakian ‘Triple S’ (Sindoro, Sumbing, dan Slamet). Puncaknya terdiri atas dua puncak, Puncak Buntu, dengan ketinggian 3.362 mdpl dan puncak Kawah, dengan ketinggian 3.371 mdpl.

Untuk mencapai puncak Sumbing kita dapat memilih beberapa alternatif jalur pendakian. Rute Garung (Punggungan Utara), Rute Cepit (Punggungan Timur), dan Rute Kalikajar (Punggungan Barat).Ketiganya memiliki karakteristik dan sarana transportsi yang berbeda. Kemudahan akses transportasinya pun berbeda pula.

Keadaan medan gunung ini sangat gersang di musim kemarau. Kondisinya punggungan gunung juga terbuka dan hampir nyaris dipenuhi oleh ilalang. Sumber air juga susah ditemukan kecuali mata air yang terdapat di ketinggian 2200 M, yaitu di sekitar daerah Genus (jalur lama) atau di Kedung (jalur baru) dan bentuknya telah permanen karena mata air ini juga dipakai untuk keperluan ladang pertanian. Jalur menuju ke puncak setelah ladang pertanian adalah jalur bebatuan. Jalur bebatuan ini dikenal rawan longsor jadi pendaki disarankan berhati-hati melewati jalur ini. Setelah melewati jalur bebatuan ini maka pendaki akan dapat mencapai puncak buntu (3371 M). dari puncak ini pendaki harus mengelilingi jalan setapak untuk dapat turun menuju Kawah Besar Gunung Sumbing. Dari puncak buntu pada pagi hari pendaki dapat melihat megahnya Gunung Sundoro yang terdapat tepat di depan mata dan keindahan Gunung Slamet (3428 M) 110 Km sebelah barat Gunung Sumbing.

Waktu yang dimiliki sebenarnya lebih dari cukup untuk mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari mengumpulkan informasi, persiapan fisik dan mental, persiapan perlengkapan dan perbekalan, sampai dengan menyusun rencana dan manajemen perjalanan. Namun karena sesuatu dan lain hal maka rencana pendakian ini sedikit molor. Hingga hari keberangkatan pun, 4 orang anggota baru ikut bergabung. Andri, Parto, Didit, dan Bahar. Bahkan malam sebelumnya, saudari-saudari saya berencana ikut dalam pendakian. Namun saya tidak berani mengambil resiko tersebut di Gunung Sumbing. Maaf yaa..!



Rencana pendakian ini pun sebenarnya hanya akan ada saya dan wawan (seorang kawan yang sudah cukup berpengalaman menaklukan beberapa gunung a.l :Merapi, Merbabu, dan Lawu), serta iki (yang terobsesi menjadi seorang pendaki profesional dan pernah menaklukkan Lawu bersama saya. Hanya kami berdua). Karena banyak pertimbangan, iki tidak bisa ikut dalam ekspedisi kali ini.


Singkat cerita, akhirnya berangkatlah kami ber-enam menuju basecamp Gunung Sumbing yang terletak di Desa Butuh, Dusun Garung, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Rute Garung merupakan salah satu dari 3 rute pendakian menuju puncak Sumbing  yang paling banyak diminati oleh para pendaki karena jalur ini banyak petunjuk dan keamanan medannya lebih terjamin serta waktu tempuhnya lebih cepat dibandingkan dengan jalur lain.



Basecamp di dusun Garung – Desa Butuh ini merupakan entry point atau desa terakhir menuju jalur pendakian. Di rute ini terdapat 2 jalur pendakian yaitu Jalur Lama dan Jalur Baru. Sebenarnya tidak ada perbedaan yang khusus mengenai kedua jalur ini hanya arah dan sudut pendakiannya saja yang sedikit berbeda. Jika menggunakan jalur lama maka akan terasa sangat berat karena pendaki akan menemukan medan pendakian yang berkemiringan sekitar 70 derajat, sehingga pada saat turun hujan akan sangat berbahaya untuk didaki. Berbeda dengan jalur baru yang terletak di sebelah barat jalur lama, medan pendakian tidak seberat jalur lama hanya ketika menggunakan jalur ini pendaki akan banyak melewati daerah perbukitan kecil sehingga akan lebih lama untuk mencapai puncak.

Setelah sampai di basecamp kami melapor kepada penanggung-jawab sekaligus registrasi ijin pendakian ke Gunung Sumbing. Di basecamp ini kita bisa bermalam dan memesan menu yang tersedia sebagai pengganjal perut sebelum mulai mendaki. Untuk kebutuhan air sebaiknya dipersiapkan di basecamp ini, karena selama perjalanan ke puncak mata air susah untuk dicari. Registrasinya cukup sederhana, kami hanya diminta menulis daftar nama rombongan dan membayar Rp. 3.000/orang.


 


Here We Go..!


Setelah kami mengurus administrasi, tidak lupa saya menyuruh kawan-kawan yang belum pernah mendaki melakukan peregangan otot untuk menghindari cidera-cidera yang tidak perlu sekaligus mengisi botol-botol air yang masih kosong.


Istirahat sebentar kemudian berdoa. Amin…!!! Waktu menunjukkan pukul 16.45 WIB dan cuacanya cerah. Kami mengambil rute jalur baru yang terletak di sebelah barat dusun. Jalur ini jika mendaki terasa lebih mudah dibandingkan dengan jalur lama. Tapi ketika turun gunung lebih baik melewati jalur lama. Kelompok dibagi menjadi 2. Saya, Andri, dan Didit dengan saya sebagai penanggung-jawab. Sedangkan kelompok lainnya ada Wawan, Bahar, dan parto. Wawan sebagai penanggung-jawab mereka. Kami diberikan sebuah peta yang sangat bermanfaat bagi kami.



KM 1 :   Jalan menuju batas hutan berupa jalanan aspal dengan tanjakan panjang. Di kanan kirinya terdapat rumah-rumah penduduk dan ladang-ladang. Dalam hati saya berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa kepada kami karena pengalaman yang masih sangat terbatas apalagi di gunung yang konon katanya tidak mudah menggapai puncaknya plus miskin vegetasi alias gersang. Perjalanan awal menuju pos 1 ini terasa tidak begitu sulit karena masih merupakan jalan dusun dan hanya terdapat beberapa tanjakan yang tidak begitu berarti.


Di sepanjang perjalanan kami banyak bertemu dengan penduduk yang berjalan berlawanan arah dengan kami, mereka membawa kayu bakar kering dan bongkahan rumput. Kebanyakan dari mereka sudah berusia senja, namun semangat dan perjuangannya seakan mengalahkan kami yang muda-muda.


KM 2 :   Hampir satu setengah jam kami berjalan, pemandangan belum jauh berbeda dan matahari kian turun ke peraduannya. Kami melewati Pos 1 sambil istirahat sebentar menunggu kawan-kawan yang tertinggal di belakang. Maklum Bahar yang bertubuh gempal dan Parto yang smoke addict mungkin kaget dengan kondisi jalan yang mulai menanjak yang terdiri dari tanah liat dan berpasir. 2 botol minuman dihabiskan oleh mereka. Hhha…


Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Pos II Gatakan. Di peta letak Pos II tidak begitu jauh sekitar 3 km dan waktu tempuh sekitar 1 jam. Setelah perjalanan yang cukup jauh dan -menurut insting saya- akan segera sampai di Pos II, kami menemui pertigaan. Lurus dan Kiri. Saat-saat seperti inilah seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan.


Saya memutuskan mengambil rute sebelah kiri yang ternyata adalah rute yang salah karena rute ini hanya digunakan oleh para petani untuk mengambil rumput sebagai pakan ternak mereka. Jalur ini memotong punggungan bukit dan semakin sempit, melewati sungai dengan aliran yang kecil, serta vegetasi yang semakin rapat dan tinggi. Lebih parahnya lagi beberapa kawan sempat panik, saya pun menghubungi petugas basecamp. Ide dari petugas menyuruh kami memutar balik menuju pertigaan tadi tapi saya memutuskan untuk tetap berada pada jalur ini. Lucunya, sekitar 10 meter kemudian kami menemui pertigaan yang terletak di KM III Jalur Lama.


KM III Jalur Lama :  Jalur pendakian sudah semakin menanjak dengan sudut kemiringan 45 derajat lebih. Kondisi jalan tanah liat dan berpasir sehingga seringkali kami tergelincir ke bawah walaupun kami masih sering menjumpai beberapa bonus (jalan rata, istilah). KM III dikenal dengan nama Malim. Disini juga merupakan kawasan bosweisen atau perbatasan antara hutan dan ladang penduduk. Sebenarnya memotong jalur di KM III ini kami seperti turun beberapa meter kebawah dari jalur sebelumnya.


KM IV (Genus) :      Kondisi jalan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya hanya saja vegetasi di kawasan ini semakin rapat dan banyak pepohonan yang tinggi. Pendaki juga harus berhati-hati karena jalur berada di pinggiran jurang apalagi mendaki pada malam hari seperti kami. Tim sudah sangat kelelahan dan waktu sekitar pukul 10 malam.


Di jalur ini terdapat beberapa pertigaan yang kami kira adalah pertigaan Pestan (peken setan/pasar setan) yaitu pertemuan jalur lama dan baru. Karena kami semua takut “terjadi apa-apa”, kami sudah mulai diam dan tegang, saya sudah mencoba segala macam doa entah dengan yang lainnya. Mental kami sedang teruji apalagi kelelahan plus kelaparan sudah sangat membebani kami. Ternyata kita belum melewati pasar setan. Hufff… sedikit lega.


Kami melewati pertigaan engkol-engkolan yang kondisinya tidak terlalu menanjak tapi tetap harus hati-hati karena jalannya yang berpasir sehingga seringkali tergelincir. Kami beristirahat sebentar dan bertemu dengan pendaki dari wonosobo yang sedang bermalam disana. Sempat menanyakan rute kemudian kami melanjutkan perjalanan.


KM V (Seduplak Roto) :      Jalur pendakian menanjak kembali. Kali ini sudut kemiringan sudah sangat tinggi dan seringkali kami tergelincir. Kondisi jalan masih sama namun sejauh mata memandang ilalang sangat mendominasi kawasan ini. Karena sebagian anggota tim sudah sangat kelelahan, kami memutuskan untuk bermalam disini walaupun sempat terjadi sedikit perdebatan antara saya dan wawan. Saya hanya tidak ingin mengambil resiko dengan kawan-kawan yang baru pertama kali mendaki. Waktu menunjukkan pukul 23.20 WIB dan posisi kami berada pada ketinggian sekitar 2.350 mdpl. Bayang-bayang Sindhoro yang berdiri tegak di depan kami menambah indahnya langit pada malam itu dengan kondisi yang sangat cerah namun dingin dan berangin.




Kami mendirikan tenda dan segera mengisi perut yang sudah sangat memberontak sedari tadi. Wawan sebagai koki segera memainkan perannya. Hhha…




“Ahh.. apapun makanannya kalau diatas gunung dan di dalam pelukan alam semua terasa begitu nikmat”. Manusia itu jika sedang dalam kesulitan dan beban yang sama akan terasa damai dan bersatu. Semua menjadi satu. Satu lagi pelajaran hidup bagi saya.



Selesai makan kami segera beristirahat karena rencananya kami akan melakukan summit attack pukul 06.00 WIB.


 



To Be Continued…

Captain Jack - Munafik (Album : Some Think About)

1 komentar
Kalian baik padaku saat kalian butuh sesuatu dariku

Baik padaku hanya saat aku tahu rahasia burukmu

Berpaling dariku, saat aku jatuh, saat aku butuh orang lain

Musuhkah kalian? Temankah kalian? Ku tak mengerti!

 

Aku memang pecundang, tapi kalian semua MUNAFIK! MUNAFIK! MUNAFIK!

 

Bicara buruk tentangku, di belakangku dan semua pun mentertawaiku

Mengkhianatiku saat aku mulai percaya padamu

Merendahkanku, sedikit menghina tentang semua apa yang kulakukan

Musuhkan kalian? Temankah kalian? Ku tak peduli!

 

Aku memang pecundang, tapi kalian semua

MUNAFIK!

MUNAFIK!

MUNAFIK!

Captain Jack - Hanya Karena (Album : Some Think About)

0 komentar
aku muak karena selalu dibuang

seperti aku tak pernah dibutuhkan

aku muak karena terus dicampakkan

seakan aku tak pernah berguna

 

dan aku muak karena s’lalu dijejali

oleh sampah yang tak pernah kusukai

dicaci, dimaki, dipandang sebelah mata!

 

Hanya karena aku berbeda

Tak sama seperti mereka

Dan aku terkubur dalam busuknya dunia

 

Aku muak karena selalu dipaksa menjadi apa yang mereka suka

Aku muak karena selalu harus patuh pada semua kotoran yang sama

 

Hanya karena aku berbeda

Tak sama seperti mereka

Dan aku terkubur dalam busuknya dunia

 

Hanya karena aku berbeda

Tak sama seperti mereka

Dan aku tersisih bagai sampah tak berguna

Captain Jack - Entah Sampai Kapan (Album : Some Think About)

0 komentar
Entah sampai kapan ku kan

Hidup bergantung pada orang lain

Entah sampai kapan ku kan

Bermain hingga sadar waktuku t’lah habis

 

Entah sampai kapan

Kesenangan tetap berada di pihakku

Harus sampai kapan aku dapat menemukan

Apa yang selama ini kucari

 

T’lah terbuang semua waktu percuma dan kusiakan

T’lah mencari namun hingga sekarang ku tak menjadi apapun

 

Hingga saat ini tak ada satupun yang bangga padaku

Hingga saat ini ku tak tahu apa yang akan terjadi padaku

Semua temanku t’lah jauh di depanku dan meninggalkanku

Dan harus kemana masa depanku t’lah tertutup oleh kesalahanku s’lama ini

 

Entah sampai kapan?

Entah sampai kapan?

Entah sampai kapan?

Captain Jack - Dari Anakmu (Album : Some Think About)

0 komentar
Kemana ayahku, yang pernah ku kenal dahulu

Kemana ibuku, mengapa semua berubah

 

Cuma ada kebencian kini

Mengapa ku dipaksa untuk memihak

Bukankah kita semua satu

Tidak kah ada jalan yang lebih baik

 

Kami anak-anakmu, perhatikan kami

Kami tak cukup kuat untuk semua ini

Kami anak-anakmu, dan tolonglah kami

Yang kami butuh hanya semuanya kembali

 

Semuanya pergi, saat kubutuh bersandar

Semua berteriak saat yang kubutuhkan hanya damai

Sekarang ku tak bias bedakan

Ini rumah ataukah ini neraka

Kududuk disini menangis

Kututup telinga mengapa masih terdengar

 

Oh ibu an ayah selamat malam

Selamat bertengkar hingga kau puas

Oh ibu dan ayah selamat malam

Jangan hiraukan aku

Ku tutup telinganku

Mengapa masih terdengar…???

19 September 2011

RESENSI FILM PETUALANG : INTO THE WILD

1 komentar

Into the Wild: Kisah Tragis Sang Petualang Muda


Penulis: John Krakauer




Aku ingin pergerakan dinamis, bukan kehidupan yang tenang. Aku mendambakan kegairahan, bahaya, dan kesempatan untuk mengorbankan diri baagi orang yang kucintai. Aku merasakan di dalam diriku, tumpukan energi sangat besar yang tidak menemukan penyaluran di dalam kehidupan kita yang tenang.
Leo Tolstoy (''Family Happiness'')



Apa yang ada dalam benak seorang pemuda cerdas, sarjana berpredikat cum laude, ketika dia meninggalkan kehidupannya, keluarga yang mencintainya, dan mengasingkan diri ke alam liar? Mengapa dia menanggalkan kenyamanan peradaban dan semua atribut duniawi, dengan menyumbangkan semua tabungannya, membakar sisa uang tunai yang dia miliki, serta meninggalkan mobil kesayangannya di tengah hutan begitu saja?


Chritopher McCandless menjelma menjadi Alexander si Petualang Super -- menggantungkan hidup pada alam sepenuhnya, mengabaikan risiko apa pun, dan mencoba bertahan di tengah kebekuan dan kesunyian Alaska, The Last Frontier, dataran kejam yang tak kenal belas kasihan. Akankah petualangan ini membawa dia pada makna kehidupan? Ataukah ini hanya kegialaan kompleks seorang pemuda yang nyentrik yang haus sensasi?


Di dalam Into the Wild: Kisah Tragis sang Petualang Muda, Jon Krakauer mengajak kita menguak misteri pengasingan diri Alexander si Petualang Super dan menyelamai gairah manusia saat bersinggungan dengan bahaya dan maut.


''Buku wajib bagi para petualang alam dan pemilik jiwa yang resah.''
St. Petersburg Times


Jon Krakauer adalah penulis best-seller Into Thin Air: Kisah Tragis Pendakian Everest dan editor pendukung untuk majalah Outside. Karya tulisnya juga sering muncul dalam Smitshonian, National Geographic, Playboy, Rolling Stone, dan Architecture Digest. Artikelnya tentang Chris McCandless di majalah Outside membuat dia menjadi finalis National Magazine Award. Dia juga mendapat penghargaan dari American Alpine Club Literary. Bersama istrinya, saat ini, dia menetap di Seattle, Washington.


_rheyzaurus_

Gallery Nglanggeran II, Cerita Tentang Pagi Yang Menakjubkan

0 komentar
[slideshow]

Bonus, Jepret Sendiri :





_rheyzaurus_

14 September 2011

Indahnya Ramadhan di Kampung Orang

0 komentar

10 Agustus 2011


Marhaban yaa Ramadhan, Alhamdulilah bulan yang dinanti-nanti oleh setiap muslim diseluruh dunia akhirnya datang juga. Bulan penuh berkah yang menjadi rahmat terbesar bagi umat manusia khususnya bagi umat muslim yang taat kepada Tuhan-nya.



Ramadhan memang membawa banyak perubahan untuk ummat Islam, bukan hanya di Indonesia yang tidak lama lagi merayakan ulang tahun yang ke-64, tapi juga umat Islam di seluruh dunia. Masjid-masjid yang biasanya sepi, seperti disulap menjadi penuh bahkan sampai selasar & pelatarannya. Suara orang ber-taddarus pun menambah hidup suasana malam-malam di bulan Ramadhan.


Tidak seperti kebanyakan orang, ramadhan kali ini terasa sangat berbeda karena ini adalah ramadhan ketiga-ku sebagai seorang mahasiswa yang tidak tahu kapan lulus dan anak kost-an di Jogjakarta. Sudah 5 tahun ini aku tinggal di Jogjakarta.


Sebagai seorang mahasiswa perantauan, aku dituntut untuk mandiri alias serba sendiri. Meskipun jauh dari orang tua bukanlah hal baru bagiku. Namun tahun ini terasa sangat begitu berbeda dari sebelumnya. Keinginan untuk pulang ke rumah dan bersama keluarga sangat menggelora di dalam dadaku tapi semuanya harus ditunda karena janji kepada diriku sendiri. Tidak akan pulang sebelum wisuda kelak.


Aku memimpikan kebersamaan dan keceriaan ketika menanti saat berbuka bersama ayah-ibu serta adik-adikku dan saat-saat dimana aku bersama kawan-kawan. Jika saya tidak pulang kampung, saya biasanya ngabuburit bersama pacar sebelum berbuka menikmati indahnya Jogja di sore hari.


Namun sekarang, ketika pacar sedang dalam proses penyelesaian studi di Surabaya dan adzan magrib berkumandang aku biasanya duduk seorang diri di kamar kost dengan beberapa potong gorengan dan air putih atau mungkin sedang tertidur.


Tapi tak apa lah aku jauh dari keluarga, kampung, dan pacar. Karena semua itu demi cita-cita menuntut ilmu. But no matter coz i’m not alone, masih ada kawan-kawan seperjuangan disini yang rencanya akan aku ajak bacpaking ke Pulau Dewata. Bali, wait me!


Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Bagi yang tidak, selamat makan dan minum.


Dan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H, Minal aidzin wal faidziin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.


Thomas Morus, Doa tentang Humor dan Lelucon

0 komentar

Thomas Morus (1478-1535), politisi dan santo berkebangsaan Inggris, disebut sebagai penulis doa tentang humor yang dapat pula dipakai untuk pertunjukkan sirkus.


Beginilah isi doanya :




”Tuhan, berikanlah aku pencernaan yang baik dan juga sesuatu untuk dicernakan. Anugerahkanlah aku kesehatan tubuh beserta kesadaran untuk memeliharanya. Tuhan, berikanlah aku jiwa yang tidak kenal kejenuhan, yang tidak tahu menggerutu, mengeluh, dan mendesah. Jangan biarkan aku terlalu banyak dibebani kecemasan akan egoku yang selalu merasa kurang diperhatikan. Tuhan, berikanlah aku rasa humor. Anugerahkanlah aku rahmat untuk menikmati lelucon sehingga aku dapat sedikit merasakan kebahagiaan di dalam hidup ini dan dapat meneruskannya kepada orang lain!”



Sepertinya bangsa Indonesia  sekarang ini juga harus mengikuti doa Thomas Morus, supaya masyarakat di negeri kita ini bisa lebih dinamis dan lebih harmonis dalam menjalani hidup. Tidak peduli masyarakat golongan bawah - atas, Islam-Kristen, Sunda-Batak, dll.


TERUTAMANYA PARA PENJILAT dan KORUPTOR-KORUPTOR BUSUK harus sering-sering memanjatkan doa seperti ini!!



-rheyzaurus_

My Bucket List

0 komentar

Setiap orang punya hak mewarnai hidupnya sendiri. Termasuk saya tentunya yang tidak ingin masa muda saya lewat begitu saja. Tanpa warna.  Tanpa rasa. Tanpa kepuasan batin.


Terlalu banyak hal-hal besar yang ingin saya capai dan lakukan yang tidak ingin saya lewatkan begitu saja. Bukan karena saya egois. Tapi lebih karena saya ingin meninggalkan sebanyak mungkin jejak monumental dan pengalaman selama saya masih bisa terbang, bebas, dan merdeka. Apalagi saya sekarang berada di sebuah kota yang kehidupan budayanya masih sangat kental namun "majemuk", dan berada di pulau yang merupakan pusat pemerintahan republik ini.


Saya selalu mengingat sebuat kalimat dari sahabat saya, sangat sederhana namun banyak arti. "Ini Jawa Pace!".


Kalimat ini seolah-olah sindiran bagi saya, mahasiswa perantau. Bagaimana memanfaatkan waktu sebanyak-banyak mungkin menggali wawasan, memperbanyak pengalaman hidup, dan menambah sahabat-sahabat baru. Ditambah lagi umur yang belum mencapai seperempat abad dan belum berkeluarga membuat saya semakin bersemangat untuk melanglang buana ke tempat-tempat yang saya sukai di seluruh penjuru tanah air.


Sebuah kerugian menurut saya, kita sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang tidak terhingga tapi tidak pernah mengenal budaya dari daerah-daerah lain. Bersosialisasi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Merasakan pahit manisnya orang-orang yang kurang beruntung dibandingkan kita.


Karena besarnya keinginan mendapatkan pengalaman baru, saya mencatat semua hal-hal yang ingin saya lakukan. Sesuatu yang baru. Sesuatu yang mendobrak sistem. Sesuatu yang kebanyakan orang tidak mau memimpikannya apalagi melakukannya.


Yupp... saya terinspirasi dari film "THE BUCKET LIST" yang dibintangi MORGAN FREEMAN dan JACK NICHOLSON. Karena saya tidak ingin hidup saya datar-datar saja kayak TV flat terus tidak berwarna lagi. Hhhe..


"Buatlah sesuatu yang baru setiap hari. Jangan sampai stagnansi!"


Kalimat dari saya sendiri. Hhe..


-rheyzaurus-

JOGJAKARTA

0 komentar


Jogja mengajarkan kami banyak hal…

Tentang mimpi...

Kebersamaan…

Dan Cinta…

Kebersamaan kami melahirkan persaudaraan yang tak dibatasi oleh pertalian darah.

Perbedaan itu pasti ada, cek-cok itu pernah ada

Tapi semua bisa diselesaikan atas nama persaudaraan…

Disini Kami melebur menjadi satu ..

Tak peduli apa dan bagaimana latar belakang kami..!

Mimpi kami bukan sesuatu yang  mudah untuk diwujudkan…

Tapi tidak mustahil untuk menjadi kenyataan

Di pundak kami ada tanggung jawab yang harus di tunaikan..

Janji pada diri sendiri yang harus diwujudkan..

Meskipun harus jatuh bangun,

perlahan-lahan kami bangkit mewujudkannya…

Senyum dimata mereka dan kepuasan dalam diri, menjadi harga yang sebanding untuk

setiap usaha…

kerja keras…

dan kucuran keringat kami…

Refreshing itu perlu untuk menghilangkan kepenatan..

Tapi jalan-jalan kami bukan jalan-jalan biasa..

Yang pasti jalan-jalan kami menghasilkan sesuatu yang lebih berharga…

Yaitu PENGALAMAN!!!

-sebuah persembahan dari sahabat saya nita_olet-

Merakyat dengan Kereta Api Kelas Ekonomi

0 komentar

Kehidupan nyata yang sangat sesak untuk dilalui. Hmm..!



Salah satu alat transportasi rakyat yang sangat ekonomis, dan banyak perasaan yang menjadi candu disana. Sebuah candu akibat adanya interaksi sosial yang humanis, dan mengkultur dalam jiwa manusia asli Indonesia.


Manusia indonesia identik dengan ramah tamah, senyuman, dan  gotong royongnya. Mungkin inilah salah satu alasan PT. KAI untuk membangun sebuah alat transportasi umum yakni kereta api kelas ekonomi. Entah dari yang namanya Sri Tanjung, Logawa, Kahuripan, Bengawan, Progo, Matarmaja, dan lain-lain. Seluruh rel di daratan Jawa dari ujung Merak Banten sampai Banyuwangi nun jauh sana sudah pasti habis dilalui oleh KA jenis ini .


Banyak ciri khas yang bias kita lihat, paling gampang dari tata cara penjual yang silih berganti masuk KA mondar-mandir tanpa lelah menjajakan barangnya.


“Saya jualan sudah 40 tahun mas, dari jam 5 sampai dagangan saya habis.. anak saya 4, cucu saya 10.”, kisah seorang ibu sambil membasuh keringatnya.


“Yahh.. begini ini kereta rakyat!”, menurut seorang ibu yang membawa 3 orang anaknya yang masih kecil dan tidak mendapatkan tempat duduk.


“Duh pak, sabar toh yooo..!!! wes sesek iki!”, teriak seorang penjual kepada bapak-bapak yang buru-buru masuk mencari bangku yang kosong.


“Maap mas!”, kata-kata yang sering terlontar di kereta ini.


“…”, diam adalah cara yang sering digunakan bagi sebagian penumpang.


Tak sedikit pun candaan yang terlontar dari isi kereta.


“Mijon…mijon…mijon…mijon”, kental aksen asli pribumi yang seperti rumit mengeluarkan huruf “Z”.


“Kopi..Pop Mie…Popi..Kop Mie…”, teriak para pedagang menjajakan dagangannya.


“ewerrr…ewer..eweerr...eweerr…awwww!!!”, nyanyi seorang banci membangunkan beberapa penumpang dalam gerbong.


Tidak sedikit pula yang merasa cemas jika menaiki kereta ekonomi ini. Termasuk saya yang belum begitu lama menggunakan jenis transportasi ini. Dengan banyaknya orang yang keluar masuk di stasiun setiap kota hampir bisa dikatakan tidak ada kenyamanan disana. Bohong  kalo ada yang berbicara kereta ekonomi nyaman buat kita. Pengamen bernyanyi seenaknya dengan tampang gaharnya, Pedagang yang memberikan dagangannya kepada kita seenaknya meskipun kita sedang terlelap, Perokok yang seenaknya mongotori udara pengap dalam kereta, dan terlebih lagi fasilitas kamar kecil yang jauh dari standar operasional per-kamarmandi-an.


KA Ekonomi…memang begitu…untuk mereka yang berkelas ekonomi dan memilih jalur hidup ekonomis, atau mungkin karena nasib yang membuat mereka menjadi orang yang ekonomis. Tidak apalah, setidaknya kami para manusia ekonomis berkendaraan dengan halal.


Di dalam KA Ekonomi kita tidak akan menemukan kehausan, karena penjaja air mineral silih bergantian, begitu juga penjaja kopi…tak mau kalah. Bahkan para pekerja PT. KAI pun ikut menawarkan dagangannya.


Tapi sungguh merakyat kereta ini, kita tidak pernah berkenalan tetapi satu sama lain saling bercerita, saling mengisi waktu dan berbagi pengalaman. Mau coba tidur nyenyak di KA Ekonomi? Beli saja koran seribu atau gelar karpet di jalan kabin, kemudian tidurlah yang tenang. Akan sangat tidak tenang ketika ada yang menginjak kaki atau kepala anda di setiap stasiun. Hhhee…


Ironis memang..! Negeri kita ini sudah 64 tahun merdeka tetapi masih seperti ini alat transportasinya. But it’s not problem… karena kereta ini akan membawa kita berlama-lama menikmati keindahan nusantara Indonesia. Karena kereta ini dapat berhenti di setiap kota yang di laluinya. Melaju dengan kencang menembus waktu dan udara yang segar. Melihat berbagai jenis sikap manusia dalam menjalani harinya. Dan terutamanya lagi mendapatkan berbagai pengalaman yang tidak pernah kita temui di hari yang lain.


Yuk…! ber-Kereta Kelas Api Ekonomi, jangan takut…berikut tipsnya :


1. Siapkan uang receh yang banyak soalnya banyak makanan murah yang unik dan enak dan mudah-mudahan sehat di masing-masing kota.


2. Supaya aman, tas yang berat taruh di atas dan jangan melepaskan pengawasan. Tas berisi barang berharga seperti HP dan dompet lebih baik selalu dibawa. Jangan sekalipun berlebihan membawa barang berharga. Para copet akan sangat girang.


3. Siapkan air yang cukup untuk keperluan sendiri. Kalian akan tahu manfaatnya jika ke kamar kecil.


4. Kalau sedang melakukan perjalanan sendiri lebih baik pilih tempat duduk yang dekat ibu-ibu atau bapak-bapak. Kalo rame-rame pasti aman.


5. Siapkan segala cerita dan pengalaman karena sewaktu-waktu bisa berguna untuk cerita ke tetangga sebelah tempat duduk kalian.


6. Paling penting ya di bawa santai saja, resiko jadi orang ekonomis.




_rheyzaurus guevara_