Tampilkan postingan dengan label Jogjakarta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jogjakarta. Tampilkan semua postingan

26 Oktober 2011

Lovely Purple

0 komentar
Lovely purple
Lovely purple

Photografer : M. Reza Agusta
Title : Lovely Purple
Location : Gunung Nglanggeran, Wonosari
Resolution : 96 dpi
Camera : Canon EOS 450D
Lens Aperture : F/5.7
ISO Speed : ISO-400
Focal Length : 47 mm
F-Number : F/5.6
Exposure : 1/640 sec.
Shutter Speed : 1/664 sec.
Creation Software : Photoscape V3.5

17 Oktober 2011

Gallery Nglanggeran II

0 komentar












Gunung Sumbing, Pesona Gunung Gersang Yang Tidak Mudah Ditaklukkan Part 2

0 komentar

Lanjutan…


Kurang lebih jam 6 saya sudah keluar dari tenda dan segera menghirup udara segar pada pagi itu. Di ufuk timur matahari sudah keluar dari peraduannya dan menciptakan siluet yang luar biasa di belakang punggungan Sumbing. Setelah meluruskan badan sejenak sambil ber-narsis ria dan menikmati segelas kopi panas kami segera bersiap melakukan summit attack pada pukul 8 pagi. Fyuuhhh.. ini yang jadi bahan fikiran saya ketika mendaki gunung sumbing. Pada siang hari, suhu akan semakin tinggi ditambah lagi dengan kondisi gunung yang gersang dan tidak adanya sumber air. Hal ini akan mengakibatkan kelelahan yang luar biasa serta dehidrasi yang sangat cepat menghinggapi para pendaki. Disarankan mendaki gunung ini ketika hari sudah mulai gelap.





Jam 9 kurang kami tiba di Pestan (peken setan/pasar setan) pada ketinggian 2437 mdpl. Di kawasan ini para pendaki dapat mendirikan tenda karena lokasi ini sangat luas dan datar berupa padang rumput dengan sedikit pepohonan kecil. Namun jika mendirikan tenda di lokasi ini para pendaki harus berhati-hati terhadap terpaan angin kencang dan badai yang kadang-kadang sampai merobohkan tenda. Kondisi jalan masih berupa tanah merah berpasir.


Kami berhenti sejenak disini sambil sarapan pagi. Wawan kelaparan. Bahar ketiduran karena capek, kondisi fisiknya mulai mencapai 30 % hhaa.. Parto masih bertahan. Didit dan Andri masih kuat (salut).






Karena kondisi jalur yang mulai “aduhai asoy”, kami menyembunyikan beberapa carrier termasuk perlengkapan di dalamnya agar mengurangi beban yang kami bawa. Berharap tidak akan ada yang mengambil, karena gunung memiliki hukumnya sendiri.


“karena gunung memiliki hukumnya sendiri”


Pukul 10 kami langsung capcus dari tempat istirahat kemudian dokumentasi sebentar di kawasan Pestan. Dari Pestan jalur semakin curam dan sulit karena jalurnya yang berbatu dan jika tidak hati-hati akan tergelincir. Kawasan ini dinamakan Pasar Watu karena banyaknya batu-batu karang besar yang berserakan. Di ujung jalur ini terdapat sebuah dinding terjal yang menanjak serta buntu sehingga para pendaki harus memutar melewati daerah punggungan bukit sebelah kiri di akhir kawasan Pasar Watu. Jalur ini lumayan menegangkan karena jalannya yang sempit. Disebelah kiri terdapat jurang yang cukup terjal dan di kanan terdapat dinding terjal namun jalur ini sepenuhnya datar (bonuss). Andri dan Parto ternyata nyasar ke jalur buntu jadi saya harus mengejar mereka berdua. Karena jalan kembali ke ujung Pasar Watu terlalu jauh, saya memutuskan kita turun dari puncak buntu tersebut dengan memanjat tebing. Whahahha…seru..seru..


KM VI (Watu Kotak) : Setelah menelusuri sisi batuan terjal ini kami sampai di Watu Kotak dengan ketinggian 2763 mdpl. Disebut Watu Kotak karena di tengah jalur ini terdapat beberapa batu besar yang berbentuk kotak dan memiliki ceruk yang dapat digunakan sebagai perlindungan dari tiupan angin dan hujan. Di kawasan ini terdapat sedikit ruang bagi para pendaki untuk mendirikan tenda kecil. Namun, para pendaki tidak boleh buang air sembarangan dan berbicara yang kasar di tempat ini karena termasuk salah satu tempat yang dikeramatkan. Waktu menunjukkan pukul 12.30.


Kami beristirahat sejenak dengan ditemani segelas kopi dan beberapa snack. Entah siapa yang memiliki ide minum kopi siang hari diatas gunung yang kering ini. Hhaaa...(bikin tambah dehidrasi saja! Wan, mengaku!!!) Alhasil persediaan air minum kami berkurang menjadi 1 botol ditambah lagi Bahar yang hobinya minum kayak sapi. Hhhaa..





Disini kami tidak terlalu lama beristirahat. Wawan dan Parto sudah mulai melanjutkan perjalanan. Kemudian disusul Andri, Didit, dan Saya. Sedangkan Bahar kami tinggalkan sendirian di Watu Kotak karena ketiduran dan sudah kondisinya sudah memasuki angka 10 %.


Saya :    “Bahar, kalau tidak sanggup kau disini saja. Tunggu torang bale dari puncak. Tidak lama torang disana”.


Bahar :  “Aihh… tidak bang! Saya mau memecahkan rekor demi 5 cm (buku donny dhirgantoro tentang pendakian ke Semeru). Kalian duluan saja, saya mau tidur dulu”. Zzzzz….zzz….zzz…


Saya :    “oke.. tapi pelan-pelan saja jangan terlalu bapaksa”.


Akhirnya kami pun meninggalkannya sendirian. Tanpa air. Hhaa…


Dari Watu Kotak kami melewati kawasan Tanah Putih. Kawasan ini sepenuhnya terdiri dari batuan kapur dan merupakan jalur yang paling berat diantara jalur yang lain. Saya pun hampir frustasi di tempat ini karena kondisi jalannya yang sangat menanjak dan terjal diperparah lagi dengan dehidrasi yang amat sangat. Beberapa kali saya sempat tergelincir ke bawah karena batuannya yang mudah jatuh menggelinding. Sekitar 1,5 jam perjalanan Saya dan Didit sampai di Puncak. Untuk sampai ke Puncak dari Tanah Putih kita terus lurus keatas sedangkan untuk menuju Kawah Besar pendaki harus mengelilingi jalan setapak di sebelah kiri Puncak.


KM VII (Puncak) : Puncak Gunung Sumbing ini dikelilingi oleh tebing-tebing batu dan memiliki beberapa puncak antara lain Puncak Buntu pada ketinggian 3371 mdpl dan Puncak Sumbing pada ketinggian 3372 mdpl. Puncak Gunung Sumbing tidak terlalu luas karena terdiri dari tumpukkan batu-batu karang besar sehingga para pendaki tidak dapat mendirikan tenda di tempat ini. Sebenarnya di puncak ini kita dapat melihat megahnya Gunung Sindoro yang terletak tepat di depan mata dan keindahan Gunung Slamet (3428 M) di sebelah barat. Tapi karena awan yang sangat tebal sehingga kita tidak dapat melihat semua keindahan itu. Jika kita melongok ke kawah, kita dapat melihat dengan jelas keluarnya asap belerang dari perut Sumbing. Kita pun dapat sampai kesitu dengan cara menuruni tebing sebelah kiri dari Puncak Buntu tetapi pendaki juga harus hati-hati dengan kawah belerang tersebut.




“Cuaca cerah, angin berhembus kering, langit biru, jurang kawah menjulang, hamparan awan luas membentang. Mungkin tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya rasa syukur dan kagum atas ciptaan-Nya. Hanya merasa kerdil dibanding seluruh semesta. Hanya merasa malu untuk menjadi sombong setelah melihat batapa kecilnya kita. Menaklukkan gunung adalah menaklukkan diri sendiri, menaklukkan ego dan kecongkakan diri, menjadi orang yang lebih peka terhadap sekitar kita. Alam…mengajarkan kita semua.”



Ingin rasanya berlama-lama merasakan segala pengalaman spiritual itu, kepuasan bathiniah yang tak ternilai. Rasa lelah dan penat sepanjang peralanan seakan terbayar lunas ketika sampai di puncak gunung gersang ini. Namun waktu yang kami miliki tidaklah banyak, kami harus segera turun karena malam akan segera menjelang. Kami tidak ingin kemalaman sebelum kawasan Pestan.




07 Oktober 2011

Alun - Alun Kidul Yogyakarta, Antara Wisata dan Cinta

1 komentar

SEJARAH


Salah satu ciri yang juga menjadi identitas bagi pusat - pusat kota lama di Pulau Jawa adalah adanya alun - alun pada pusat kota tersebut. Alun - alun di Pulau Jawa ini berupa sebuah lapangan luas yang dikelilingi oleh pohon beringin di tengahnya. Salah satunya yaitu Alun - alun yang berada di Kota Yogyakarta.


Di masa kerajaan Mataram, Alun - alun Kidul berfungsi untuk menyiapkan suatu kondisi yang menunjang kelancaran hubungan antara keraton dengan dunia luar. Alun-alun Kidul juga melambangkan kesatuan kekuasaan yang sakral antara raja dan para bangsawan yang tinggal di sekitar alun - alun. Sedangkan Alun - alun Lor berfungsi untuk menyediakan persyaratan bagi berlangsungnya kekuasaan raja.


Alun - alun Kidul ini merupakan bagian belakang Keraton Yogyakarta. Menurut sejarahnya, alun - alun Kidul dibuat untuk mengubah suasana bagian belakang keraton menjadi seperti bagian depan karena Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, dan laut Selatan Pulau Jawa jika ditarik dalam satu garis imajiner akan membentuk satu garis lurus. Agar posisi Keraton Yogyakarta tidak seperti membelakangi laut Selatan, maka dibangunlah Alun - alun Selatan.


Alun - alun kidul Yogyakarta yang biasa di singkat dengan Alkid, atau dalam bahasa Indonesia yang berarti alun - alun selatan, merupakan bagian paling selatan dari Keraton Yogyakarta. Pada saat ini, Alkid menjadi ruang publik bagi masyarakat. Apabila anda berada di Yogyakarta dan mengunjungi Alkid pada sore hingga malam hari, Alkid menjelma menjadi tempat rekreasi rakyat yang sangat sayang apabila di lewatkan.


Berbagai penjual makanan dapat dijumpai di Alkid. Selain itu, pada malam hari kawasan Alkid ini juga menjadi wisata bersepeda. Berjajar sepeda tandem (sepeda yang bisa digunakan lebih dari 2 orang) hingga becak yang telah dimodifikasi sedemikian rupa dengan hiasan lampu yang mencolok disewakan oleh sejumlah pemilik sewa sepeda. Alkid juga menjadi area olahraga yang diminati oleh masyarakat Yogyakarta.





Pada bagian tengah alun - alun terdapat dua buah pohon beringin yang usianya cukup tua dan keduanya dibatasi oleh pagar benteng yang kokoh. Pohon Beringin ini pun menjadi sebuah obyek permainan yang menarik. Berawal dari kepercayaan masyarakat Yogyakarta tentang orang yang berhasil melewati kedua Pohon Beringin tersebut dengan menutup mata, maka akan dipermudah dalam meraih cita - citanya, maka saat ini banyak wisatawan yang menyempatkan waktu untuk berkunjung mencoba permainan tersebut.


Terdapat kandang gajah di Alun - alun Kidul. Gajah yang berada di dalam kandang ini adalah milik Keraton Yogyakarta. Dahulu gajah ini sering dinaiki oleh anak - anak sebagai sarana hiburan. Tetapi saat ini hiburan ini memang sudah berkurang walaupun istilah kandang gajah masih cukup familiar di telinga masyarakat.


Letak Alun - alun Kidul yang berada di wilayah selatan Keraton Yogyakarta memudahkan wisatawan untuk berkunjung. Anda hanya perlu menemukan Keraton Yogyakarta dan mengikuti jalan ke arah selatan, maka anda akan langsung menemukan alun - alun Selatan Yogyakarta.


Masih di dalam kompleks Alun - alun Kidul, terdapat bangunan Sasana Hinggil yang pada zaman dahulu menjadi tempat bagi raja untuk menyaksikan adu manusia dengan harimau yang disebut rampog macan, tetapi saat ini berubah fungsi menjadi tempat pertunjukan seni.


Alun-alun kidul adalah sebuah tempat dimana kedua pohon beringin tersebut menjadi saksi di malam 10 November saya bersama pacar memulai hubungan sampai saat ini. Setiap tanggal segitu di setiap bulannya biasanya kami menyempatkan datang ke alkid.





_rheyzaurus_

03 Oktober 2011

Merbabu Challenge 2011

0 komentar


* NB :


1. Start awal dari basecamp ALPEN di Jalan Kaliurang KM 14,5. Kurang lebih Pukul 18.30 WIB.


2. Iuran terakhir dikumpulkan pada Kamis malam tgl 07/10/2011 sekaligus kepastian rombongan yang akan ikut.


3. Jaga kondisi dan siap mental


4. Segera hubungi koordinator (saya) di nomor yang tertera untuk info lebih lanjut


5. Terima Kasih

30 September 2011

Remisi untuk Koruptor

0 komentar

Senin, 5 September 2011



ENAK menjadi koruptor di negeri ini. Negara memperlakukan mereka sangat istimewa.


Pertama, hukuman di tingkat banding dan kasasi bukan semakin berat, melainkan malah semakin ringan. Kedua, di dalam penjara pun koruptor masih bisa membeli kemewahan fasilitas. Ketiga, koruptor mendapatkan remisi, pemotongan hukuman, berkali-kali.  Sedikitnya dua kali dalam setahun pemerintah memberi remisi kepada koruptor, yaitu pada saat memperingati Hari Kemerdekaan dan hari besar keagamaan. Penganugerahan remisi itu biasanya dilakukan dalam sebuah upacara resmi dan diliput televisi.


Pada tahun ini, misalnya, dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan, sebanyak 427 narapidana korupsi mendapat remisi dan 19 orang di antaranya langsung bebas. Begitu juga saat memperingati Idul Fitri, sebanyak 243 koruptor mendapat remisi dan delapan di antaranya langsung bebas.


Selain mendapatkan remisi yang sifatnya umum itu, para terpidana korupsi masih bisa mendapat remisi tambahan. Kalau rajin menjadi donor darah empat kali setahun, menjadi ketua kelompok atau pemuka napi, terpidana korupsi bisa memperoleh tambahan remisi satu bulan sepuluh hari.


Fakta tak terbantahkan bahwa tak seorang pun koruptor di Republik ini yang menjalani hukuman penjara secara penuh. Itu pula sebabnya hukuman untuk korupror tidak pernah memberi efek jera.


Suara publik sampai kering mengecam pemberian remisi kepada koruptor yang menafikan efek jera. Akan tetapi, pemerintah menutup telinga. Dengan gagah perkasa, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar bahkan beralasan bahwa remisi merupakan hak narapidana, termasuk koruptor.


Tidak hanya itu. Patrialis Akbar mengharapkan pemberian remisi tidak dinilai sebagai kemanjaan bagi narapidana, tetapi harus dipahami dari sisi rasa kemanusiaan. Hal itu memperlihatkan watak pemerintah yang lebih berempati kepada koruptor di balik jeruji besi daripada rakyat yang dimiskinkan koruptor.


Sejauh ini pemerintah mengacu kepada ketentuan umum bahwa siapa yang berkelakuan baik selama di penjara akan mendapatkan remisi. Mestinya, pelaku kejahatan luar biasa seperti koruptor tidak diberi remisi. Korban korupsi ialah publik. Koruptor telah menghancurkan harkat dan martabat bangsa sehingga tidak pantas mendapatkan remisi.


Tidak sulit mengubah aturan remisi koruptor. Tidak perlu mengubah undang-undang, cukup memperbaiki isi Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Namun, perkara yang mudah itu menjadi sulit karena pucuk tertinggi pemerintahan tidak memiliki kemauan politik yang hebat untuk memberantas korupsi.



Sumber : Editorial Media Indonesia

Memaknai Idul Fitri

0 komentar

Selasa, 30 Agustus 2011


Seusai berpuasa selama satu bulan penuh dalam suasana Ramadan yang penuh berkah, akhirnya umat Islam di seluruh dunia menyambut Hari Raya Idul Fitri. Perayaan Idul Fitri seperti lazimnya perayaan sebuah pencapaian besar, dirayakan secara meriah dan masif. Perasaan suka cita, kegembiraan, dan kemenangan yang mendominasi perayaan hari ini menjadi klimaks dari perjuangan menahan diri secara fisik, mental, jiwa raga, lahir maupun batin yang dilakukan selama Ramadan.


Idul Fitri pun kemudian dimaknai sebagai hari kemenangan. Kemenangan terhadap hawa nafsu, kemenangan terhadap kekufuran, dan kemenangan terhadap kekerdilan, serta kemenangan terhadap segala sesuatu yang berkonotasi negatif.


Spirit Idul Fitri, karena itu adalah spirit yang dipenuhi energi positif. Setelah sebulan penuh berjuang dan lulus dari ujian berat Ramadan dengan menyingkirkan dan mengalahkan segenap energi negatif, memasuki Idul Fitri energi umat Islam dipenuhi dengan muatan yang serba positif.


Mereka yang lulus dalam ujian Ramadan pun dipersepsikan sebagai pribadi yang telah berhasil mencapai kualitas tertinggi dalam derajat ketakwaan dengan kembali ke fitrah, kembali kepada kesucian dan kedamaian.


Karena itu, Idul Fitri juga menjadi titik awal untuk meneruskan dan mengimplementasikan makna dari kata syawal, yaitu berarti peningkatan. Artinya, sebagai akhir Ramadan, syawal semestinya juga benar-benar dimaknai sebagai momentum perubahan ke arah lebih positif di segala bidang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


Nilai-nilai puasa Ramadan yang selama satu bulan ditanamkan dan berhasil diraih, semestinya dapat diterapkan ke dalam 11 bulan lainnya. Puasa yang bermakna menahan diri dari segala hawa nafsu juga hendaknya juga dapat dimanifestasikan dalam perilaku yang lebih bersih, lebih baik, dan lebih beradab.


Perilaku rakus, destruktif, malas, korup, tidak jujur, tidak disiplin, dan tidak bertanggung jawab yang selama ini masih menjadi fenomena paling sulit diberantas di negeri ini, semestinya akan jauh lebih berkurang dalam 11 bulan mendatang.


Idul Fitri adalah juga momentum untuk meningkatkan hubungan horisontal antarsesama. Ia harus menjadi kesempatan bagi peningkatan kohesivitas dan solidaritas sosial. Silaturahmi, saling memaafkan harus dilakukan secara tulus, patut, dan pantas. Artinya, saling memaafkan menjadi sebuah keharusan. Namun, ia tidak boleh meniadakan hukum positif yang berlaku di negeri ini.


Kesalahan harus diusut, hukuman harus diberikan kepada yang terbukti bersalah, kebenaran dan keadilan harus tetap ditegakkan. Karena, bila pelanggaran hukum dibiarkan, ia akan dianggap sebagai kebenaran. Selamat



Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin.

Penyakit Stagnasi Akut Milikku

0 komentar
Aku menyadari, bahwa akhir-akhir ini aku mengalami stagnasi yang serius. Saat kehidupan berputar dengan frame gambar-gambar keseharian yang sama hari ke harinya, dengan babak-babak yang berulang dan tanpa sebuah letupan-letupan semangat, aku sadar ada yang harus ditafakuri sejenak. Rasanya ini stagnasi.

Saat sebuah puncak jalanan menanjak sudah kita jejakkan kaki, lalu biasanya setelah itu hamparan jalan adalah menurun, atau katakanlah paling tidak dia akan datar-datar saja.


Sewaktu sekolah, mimpiku adalah merantau dan kuliah, saat kuliah mimpiku adalah bekerja dan berkeluarga. Tapi sekarang sampailah sudah pada fase dimna aku tiba-tiba menjalani rutinitas dengan otomatis. Setiap hari selalu sama, tertebak dan begitu-begitu lagi.


Apa yang salah?


Lama-lama aku sadar ini perkara mimpi. Ada tujuan yang membuat kita bergelora dan meletup-letup. Saat ada sesuatu yang ingin kita capai, kita akan berlari dengan lebih kencang, arahnya pun kita sudah terka kemana, katakanlah suatu kali kita melenceng, tapi akan gampang kita kembali ke tujuan. Katakanlah suatu kali kita jatuh terjerembab, kita akan gampang bangun lagi, meski sakit kita tetap berlari. Karena ada sesuatu itu yang akan kita raih. Ada mimpi.


Kalau begitu kenapa tidak bermimpi lagi saja?


Rasanya, dalam segala tatarannya, mimpi-mimpi kita itu akan berkembang lebih berisi dan penuh tantangan, seiring juga dengan fase kehidupan kita.


Saat kita masih kecil, mimpi kita mungkin sebatas hal-hal remeh. Saat kita sudah beranjak besar, mungkin benturan mimpi kita adalah bagaimana mensinkronkan visi pribadi dengan realita lingkungan yang sering tidak sejalan. Makin besar lagi kita, makin besar pula masalahnya.


Dulu mungkin mimpi kita adalah terbang ke langit dan memetik bintang, maka setelah dewasa mimpi kita haruslah juga terbang ke langit dan memetik bintang, tapi dengan membawa sederet gerbong keluarga ini untuk sama-sama melihat bintang yang itu, langit yang itu, terbang ke arah situ, dan itu seninya.


Dulu, saya pernah ditegur keras oleh seorang dosen pembimbing skripsiku karena saya sudah melewati “batas normal” masa perkuliahan. Katanya : “orang tua itu, lebih banyak pengalaman hidupnya daripada kamu, mereka lebih siap menghadapi banyak cobaan hidup, mau takdir baik, mau takdir buruk. Yang tidak siap itu kamu!”


Pedas…tak ada ampun. Tapi aku bersyukur sekali. Kalimat itu seperti mendorongku untuk lebih semangat lagi dan lagi dalam menyelesaikan studi.


Ya, memang benar. Cobalah tengok orang tua kita! Mereka itu prototype pemimpi sejati, tak usah jauh-jauh. Geletar mimpi mereka itu masih mengaliri denyut-denyut kehidupan kita. Kalau mimpi kita waktu kecil adalah hidup layak dan berpendidikan layak, maka mimpi mereka adalah bagaimana membawa sekian orang dalam gerbong itu menjadi lebih baik, sama sekali bukan gelora-gelora pribadi seperti kita.


Mimpi sepertinya memang harus di perbaharui di setiap fase hidup kita, tapi merekonstruksi pemahaman kita tentang mimpi adalah juga penting. Dan ada kalanya bercermin pada orang – orang di sekitar kita yang lebih sukses.


Tidak punya mimpi mungkin membuat hidup menjadi stagnan, lesu dan mati. Tapi salah membuat mimpi, seringkali juga membuat kita semakin jauh berbelok arah. Arghhh…



-rheyzaurus-

22 September 2011

Gunung Sumbing, Pesona Gunung Gersang Yang Tidak Mudah Ditaklukkan

0 komentar

Berawal dari niat dan tekad yang kuat bersama seorang kawan untuk menyelesaikan pendakian "triple S" (Sumbing, Sindhoro, Slamet) di Jawa Tengah, maka diputuskan Gunung Sumbing adalah tujuan pendakian selanjutnya.



Gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah dengan ketinggian mencapai 3.371 mdpl dan berhadapan langsung dengan Gunung Sindoro yang sudah pernah saya taklukkan bersama komunitas ALPEN kurang lebih setahun yang lalu.

Gunung ini memiliki tipe strato atau kerucut yang membuatnya terlihat sangat terjal dan sulit untuk didaki. Kondisi puncaknya yang terdiri dari tebing batu cadas dan banyak kawah - kawah kecil yang selalu mengeluarkan asap belerang membuat gunung ini selalu diminati oleh para pendaki dari seluruh pelosok negeri. Apalagi gunung ini termasuk dalam pendakian ‘Triple S’ (Sindoro, Sumbing, dan Slamet). Puncaknya terdiri atas dua puncak, Puncak Buntu, dengan ketinggian 3.362 mdpl dan puncak Kawah, dengan ketinggian 3.371 mdpl.

Untuk mencapai puncak Sumbing kita dapat memilih beberapa alternatif jalur pendakian. Rute Garung (Punggungan Utara), Rute Cepit (Punggungan Timur), dan Rute Kalikajar (Punggungan Barat).Ketiganya memiliki karakteristik dan sarana transportsi yang berbeda. Kemudahan akses transportasinya pun berbeda pula.

Keadaan medan gunung ini sangat gersang di musim kemarau. Kondisinya punggungan gunung juga terbuka dan hampir nyaris dipenuhi oleh ilalang. Sumber air juga susah ditemukan kecuali mata air yang terdapat di ketinggian 2200 M, yaitu di sekitar daerah Genus (jalur lama) atau di Kedung (jalur baru) dan bentuknya telah permanen karena mata air ini juga dipakai untuk keperluan ladang pertanian. Jalur menuju ke puncak setelah ladang pertanian adalah jalur bebatuan. Jalur bebatuan ini dikenal rawan longsor jadi pendaki disarankan berhati-hati melewati jalur ini. Setelah melewati jalur bebatuan ini maka pendaki akan dapat mencapai puncak buntu (3371 M). dari puncak ini pendaki harus mengelilingi jalan setapak untuk dapat turun menuju Kawah Besar Gunung Sumbing. Dari puncak buntu pada pagi hari pendaki dapat melihat megahnya Gunung Sundoro yang terdapat tepat di depan mata dan keindahan Gunung Slamet (3428 M) 110 Km sebelah barat Gunung Sumbing.

Waktu yang dimiliki sebenarnya lebih dari cukup untuk mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari mengumpulkan informasi, persiapan fisik dan mental, persiapan perlengkapan dan perbekalan, sampai dengan menyusun rencana dan manajemen perjalanan. Namun karena sesuatu dan lain hal maka rencana pendakian ini sedikit molor. Hingga hari keberangkatan pun, 4 orang anggota baru ikut bergabung. Andri, Parto, Didit, dan Bahar. Bahkan malam sebelumnya, saudari-saudari saya berencana ikut dalam pendakian. Namun saya tidak berani mengambil resiko tersebut di Gunung Sumbing. Maaf yaa..!



Rencana pendakian ini pun sebenarnya hanya akan ada saya dan wawan (seorang kawan yang sudah cukup berpengalaman menaklukan beberapa gunung a.l :Merapi, Merbabu, dan Lawu), serta iki (yang terobsesi menjadi seorang pendaki profesional dan pernah menaklukkan Lawu bersama saya. Hanya kami berdua). Karena banyak pertimbangan, iki tidak bisa ikut dalam ekspedisi kali ini.


Singkat cerita, akhirnya berangkatlah kami ber-enam menuju basecamp Gunung Sumbing yang terletak di Desa Butuh, Dusun Garung, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Rute Garung merupakan salah satu dari 3 rute pendakian menuju puncak Sumbing  yang paling banyak diminati oleh para pendaki karena jalur ini banyak petunjuk dan keamanan medannya lebih terjamin serta waktu tempuhnya lebih cepat dibandingkan dengan jalur lain.



Basecamp di dusun Garung – Desa Butuh ini merupakan entry point atau desa terakhir menuju jalur pendakian. Di rute ini terdapat 2 jalur pendakian yaitu Jalur Lama dan Jalur Baru. Sebenarnya tidak ada perbedaan yang khusus mengenai kedua jalur ini hanya arah dan sudut pendakiannya saja yang sedikit berbeda. Jika menggunakan jalur lama maka akan terasa sangat berat karena pendaki akan menemukan medan pendakian yang berkemiringan sekitar 70 derajat, sehingga pada saat turun hujan akan sangat berbahaya untuk didaki. Berbeda dengan jalur baru yang terletak di sebelah barat jalur lama, medan pendakian tidak seberat jalur lama hanya ketika menggunakan jalur ini pendaki akan banyak melewati daerah perbukitan kecil sehingga akan lebih lama untuk mencapai puncak.

Setelah sampai di basecamp kami melapor kepada penanggung-jawab sekaligus registrasi ijin pendakian ke Gunung Sumbing. Di basecamp ini kita bisa bermalam dan memesan menu yang tersedia sebagai pengganjal perut sebelum mulai mendaki. Untuk kebutuhan air sebaiknya dipersiapkan di basecamp ini, karena selama perjalanan ke puncak mata air susah untuk dicari. Registrasinya cukup sederhana, kami hanya diminta menulis daftar nama rombongan dan membayar Rp. 3.000/orang.


 


Here We Go..!


Setelah kami mengurus administrasi, tidak lupa saya menyuruh kawan-kawan yang belum pernah mendaki melakukan peregangan otot untuk menghindari cidera-cidera yang tidak perlu sekaligus mengisi botol-botol air yang masih kosong.


Istirahat sebentar kemudian berdoa. Amin…!!! Waktu menunjukkan pukul 16.45 WIB dan cuacanya cerah. Kami mengambil rute jalur baru yang terletak di sebelah barat dusun. Jalur ini jika mendaki terasa lebih mudah dibandingkan dengan jalur lama. Tapi ketika turun gunung lebih baik melewati jalur lama. Kelompok dibagi menjadi 2. Saya, Andri, dan Didit dengan saya sebagai penanggung-jawab. Sedangkan kelompok lainnya ada Wawan, Bahar, dan parto. Wawan sebagai penanggung-jawab mereka. Kami diberikan sebuah peta yang sangat bermanfaat bagi kami.



KM 1 :   Jalan menuju batas hutan berupa jalanan aspal dengan tanjakan panjang. Di kanan kirinya terdapat rumah-rumah penduduk dan ladang-ladang. Dalam hati saya berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa kepada kami karena pengalaman yang masih sangat terbatas apalagi di gunung yang konon katanya tidak mudah menggapai puncaknya plus miskin vegetasi alias gersang. Perjalanan awal menuju pos 1 ini terasa tidak begitu sulit karena masih merupakan jalan dusun dan hanya terdapat beberapa tanjakan yang tidak begitu berarti.


Di sepanjang perjalanan kami banyak bertemu dengan penduduk yang berjalan berlawanan arah dengan kami, mereka membawa kayu bakar kering dan bongkahan rumput. Kebanyakan dari mereka sudah berusia senja, namun semangat dan perjuangannya seakan mengalahkan kami yang muda-muda.


KM 2 :   Hampir satu setengah jam kami berjalan, pemandangan belum jauh berbeda dan matahari kian turun ke peraduannya. Kami melewati Pos 1 sambil istirahat sebentar menunggu kawan-kawan yang tertinggal di belakang. Maklum Bahar yang bertubuh gempal dan Parto yang smoke addict mungkin kaget dengan kondisi jalan yang mulai menanjak yang terdiri dari tanah liat dan berpasir. 2 botol minuman dihabiskan oleh mereka. Hhha…


Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Pos II Gatakan. Di peta letak Pos II tidak begitu jauh sekitar 3 km dan waktu tempuh sekitar 1 jam. Setelah perjalanan yang cukup jauh dan -menurut insting saya- akan segera sampai di Pos II, kami menemui pertigaan. Lurus dan Kiri. Saat-saat seperti inilah seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan.


Saya memutuskan mengambil rute sebelah kiri yang ternyata adalah rute yang salah karena rute ini hanya digunakan oleh para petani untuk mengambil rumput sebagai pakan ternak mereka. Jalur ini memotong punggungan bukit dan semakin sempit, melewati sungai dengan aliran yang kecil, serta vegetasi yang semakin rapat dan tinggi. Lebih parahnya lagi beberapa kawan sempat panik, saya pun menghubungi petugas basecamp. Ide dari petugas menyuruh kami memutar balik menuju pertigaan tadi tapi saya memutuskan untuk tetap berada pada jalur ini. Lucunya, sekitar 10 meter kemudian kami menemui pertigaan yang terletak di KM III Jalur Lama.


KM III Jalur Lama :  Jalur pendakian sudah semakin menanjak dengan sudut kemiringan 45 derajat lebih. Kondisi jalan tanah liat dan berpasir sehingga seringkali kami tergelincir ke bawah walaupun kami masih sering menjumpai beberapa bonus (jalan rata, istilah). KM III dikenal dengan nama Malim. Disini juga merupakan kawasan bosweisen atau perbatasan antara hutan dan ladang penduduk. Sebenarnya memotong jalur di KM III ini kami seperti turun beberapa meter kebawah dari jalur sebelumnya.


KM IV (Genus) :      Kondisi jalan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya hanya saja vegetasi di kawasan ini semakin rapat dan banyak pepohonan yang tinggi. Pendaki juga harus berhati-hati karena jalur berada di pinggiran jurang apalagi mendaki pada malam hari seperti kami. Tim sudah sangat kelelahan dan waktu sekitar pukul 10 malam.


Di jalur ini terdapat beberapa pertigaan yang kami kira adalah pertigaan Pestan (peken setan/pasar setan) yaitu pertemuan jalur lama dan baru. Karena kami semua takut “terjadi apa-apa”, kami sudah mulai diam dan tegang, saya sudah mencoba segala macam doa entah dengan yang lainnya. Mental kami sedang teruji apalagi kelelahan plus kelaparan sudah sangat membebani kami. Ternyata kita belum melewati pasar setan. Hufff… sedikit lega.


Kami melewati pertigaan engkol-engkolan yang kondisinya tidak terlalu menanjak tapi tetap harus hati-hati karena jalannya yang berpasir sehingga seringkali tergelincir. Kami beristirahat sebentar dan bertemu dengan pendaki dari wonosobo yang sedang bermalam disana. Sempat menanyakan rute kemudian kami melanjutkan perjalanan.


KM V (Seduplak Roto) :      Jalur pendakian menanjak kembali. Kali ini sudut kemiringan sudah sangat tinggi dan seringkali kami tergelincir. Kondisi jalan masih sama namun sejauh mata memandang ilalang sangat mendominasi kawasan ini. Karena sebagian anggota tim sudah sangat kelelahan, kami memutuskan untuk bermalam disini walaupun sempat terjadi sedikit perdebatan antara saya dan wawan. Saya hanya tidak ingin mengambil resiko dengan kawan-kawan yang baru pertama kali mendaki. Waktu menunjukkan pukul 23.20 WIB dan posisi kami berada pada ketinggian sekitar 2.350 mdpl. Bayang-bayang Sindhoro yang berdiri tegak di depan kami menambah indahnya langit pada malam itu dengan kondisi yang sangat cerah namun dingin dan berangin.




Kami mendirikan tenda dan segera mengisi perut yang sudah sangat memberontak sedari tadi. Wawan sebagai koki segera memainkan perannya. Hhha…




“Ahh.. apapun makanannya kalau diatas gunung dan di dalam pelukan alam semua terasa begitu nikmat”. Manusia itu jika sedang dalam kesulitan dan beban yang sama akan terasa damai dan bersatu. Semua menjadi satu. Satu lagi pelajaran hidup bagi saya.



Selesai makan kami segera beristirahat karena rencananya kami akan melakukan summit attack pukul 06.00 WIB.


 



To Be Continued…

19 September 2011

Gallery Nglanggeran II, Cerita Tentang Pagi Yang Menakjubkan

0 komentar
[slideshow]

Bonus, Jepret Sendiri :





_rheyzaurus_

14 September 2011

Indahnya Ramadhan di Kampung Orang

0 komentar

10 Agustus 2011


Marhaban yaa Ramadhan, Alhamdulilah bulan yang dinanti-nanti oleh setiap muslim diseluruh dunia akhirnya datang juga. Bulan penuh berkah yang menjadi rahmat terbesar bagi umat manusia khususnya bagi umat muslim yang taat kepada Tuhan-nya.



Ramadhan memang membawa banyak perubahan untuk ummat Islam, bukan hanya di Indonesia yang tidak lama lagi merayakan ulang tahun yang ke-64, tapi juga umat Islam di seluruh dunia. Masjid-masjid yang biasanya sepi, seperti disulap menjadi penuh bahkan sampai selasar & pelatarannya. Suara orang ber-taddarus pun menambah hidup suasana malam-malam di bulan Ramadhan.


Tidak seperti kebanyakan orang, ramadhan kali ini terasa sangat berbeda karena ini adalah ramadhan ketiga-ku sebagai seorang mahasiswa yang tidak tahu kapan lulus dan anak kost-an di Jogjakarta. Sudah 5 tahun ini aku tinggal di Jogjakarta.


Sebagai seorang mahasiswa perantauan, aku dituntut untuk mandiri alias serba sendiri. Meskipun jauh dari orang tua bukanlah hal baru bagiku. Namun tahun ini terasa sangat begitu berbeda dari sebelumnya. Keinginan untuk pulang ke rumah dan bersama keluarga sangat menggelora di dalam dadaku tapi semuanya harus ditunda karena janji kepada diriku sendiri. Tidak akan pulang sebelum wisuda kelak.


Aku memimpikan kebersamaan dan keceriaan ketika menanti saat berbuka bersama ayah-ibu serta adik-adikku dan saat-saat dimana aku bersama kawan-kawan. Jika saya tidak pulang kampung, saya biasanya ngabuburit bersama pacar sebelum berbuka menikmati indahnya Jogja di sore hari.


Namun sekarang, ketika pacar sedang dalam proses penyelesaian studi di Surabaya dan adzan magrib berkumandang aku biasanya duduk seorang diri di kamar kost dengan beberapa potong gorengan dan air putih atau mungkin sedang tertidur.


Tapi tak apa lah aku jauh dari keluarga, kampung, dan pacar. Karena semua itu demi cita-cita menuntut ilmu. But no matter coz i’m not alone, masih ada kawan-kawan seperjuangan disini yang rencanya akan aku ajak bacpaking ke Pulau Dewata. Bali, wait me!


Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Bagi yang tidak, selamat makan dan minum.


Dan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H, Minal aidzin wal faidziin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.


My Bucket List

0 komentar

Setiap orang punya hak mewarnai hidupnya sendiri. Termasuk saya tentunya yang tidak ingin masa muda saya lewat begitu saja. Tanpa warna.  Tanpa rasa. Tanpa kepuasan batin.


Terlalu banyak hal-hal besar yang ingin saya capai dan lakukan yang tidak ingin saya lewatkan begitu saja. Bukan karena saya egois. Tapi lebih karena saya ingin meninggalkan sebanyak mungkin jejak monumental dan pengalaman selama saya masih bisa terbang, bebas, dan merdeka. Apalagi saya sekarang berada di sebuah kota yang kehidupan budayanya masih sangat kental namun "majemuk", dan berada di pulau yang merupakan pusat pemerintahan republik ini.


Saya selalu mengingat sebuat kalimat dari sahabat saya, sangat sederhana namun banyak arti. "Ini Jawa Pace!".


Kalimat ini seolah-olah sindiran bagi saya, mahasiswa perantau. Bagaimana memanfaatkan waktu sebanyak-banyak mungkin menggali wawasan, memperbanyak pengalaman hidup, dan menambah sahabat-sahabat baru. Ditambah lagi umur yang belum mencapai seperempat abad dan belum berkeluarga membuat saya semakin bersemangat untuk melanglang buana ke tempat-tempat yang saya sukai di seluruh penjuru tanah air.


Sebuah kerugian menurut saya, kita sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang tidak terhingga tapi tidak pernah mengenal budaya dari daerah-daerah lain. Bersosialisasi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Merasakan pahit manisnya orang-orang yang kurang beruntung dibandingkan kita.


Karena besarnya keinginan mendapatkan pengalaman baru, saya mencatat semua hal-hal yang ingin saya lakukan. Sesuatu yang baru. Sesuatu yang mendobrak sistem. Sesuatu yang kebanyakan orang tidak mau memimpikannya apalagi melakukannya.


Yupp... saya terinspirasi dari film "THE BUCKET LIST" yang dibintangi MORGAN FREEMAN dan JACK NICHOLSON. Karena saya tidak ingin hidup saya datar-datar saja kayak TV flat terus tidak berwarna lagi. Hhhe..


"Buatlah sesuatu yang baru setiap hari. Jangan sampai stagnansi!"


Kalimat dari saya sendiri. Hhe..


-rheyzaurus-

03 Agustus 2011

Gallery Gunung Api Purba Nglanggeran 2011

0 komentar
[gallery columns="4" orderby="ID"]

14 Mei 2011

Captain Jack - Musuhku Dalam Cermin

0 komentar
[caption id="attachment_160" align="alignleft" width="208" caption="Lyrics Musuhku Dalam Cermin"][/caption]

Aku hanya orang bodoh yang merasa pintar

Pembohong yang mengaku jujur

Pengecut yang selalu sombong

 

Yang ku pikirkan hanya diri sendiri

Tanpa peduli siapapun

Bahkan mereka yang memperhatikanku

 

Cermin membuatku muak…!!

 

 

Apapun yang kulakukan selalu salah

Hanya gagal dan terus kalah

Ku tantang diriku untuk berubah

 

Aku benci diriku semua sifatku

Aku benci diriku melebihi orang lain

Yang benci diriku semua tentangku

Aku benci diriku melebihi orang lain yang membenciku

 

(Sosok dalam cermin)

Banggakah kau ketika

kau berani melawan orang lain

Tapi kau takut korbankan egomu

Menyerah pada kebusukanmu

 

Aku benci diriku ku ingin muntah

Melihat diriku didalam cermin yang kupecahkan

Aku benci diriku semua sifatku, aku benci diriku melebihi orang lain

Dan benci diriku semua tentangku, aku benci diriku melebihi orang lain yang membenciku…

Captain Jack - Sekarat

0 komentar
Waktuku tinggal sebentar untuk hidup di dunia

Sesuatu di tubuhku mulai membunuhku

Aku merasa selalu akan mati sendiri

Tetapi kalian tetap bersamaku

 

Kita selalu bermimpi untuk rubah dunia

Tetapi jalanku sampai disini

 

Waktuku tinggal sebentar semuanya aku pergi

Dan teman-temanku jangan tangisi aku

Aku tak pernah menyesal jadi jangan kau menyesal

Dan teman-teman jangan tangisi aku

 

Tubuhku t’lah menyerah tapi jiwaku tak kan pernah

Terus berjuang teman dunia masih butuh kalian

Captain Jack - Bukan Mauku

0 komentar
Aku seorang yang tak ada

Tak sempurna layaknya manusia

Aku selalu dijauhi

Walau semua tak benci padaku

 

Bukan salahku di ciptakan begini

Bukan mauku hidup seperti ini

Aku tak butuh untuk dikasihani

Ku butuh pengakuan seperti yang lainnya

 

Ayah ibu sembunyikan aku

Dari dunia luar yang sangat ku impikan

Mereka malu akan wujudku dan apa adanya diriku

 

Dan akupun iri pada semua yang bermain diluar

Aku berharap hujan kan turun hapus semua senyum mereka

 

Bukan salahku di ciptakan begini

Bukan mauku hidup seperti ini

Aku tak butuh untuk dikasihani

Ku butuh pengakuan seperti yang lainnya

Captain Jack - Sejenak Sendiri

0 komentar
Sejenak biarkan aku sendiri

Di temani kesepian yang kupuja dan kadang ku benci

Tutupi aku dengan dinginnya sunyi yang menjaga telingaku

Dari suara-suara menggangu

 

Usah kau ramaikan kesepianku

Dan biarkan aku sendiri

Berikan sedikit kesepianmu agar kurasakan

Keberadaanmu

 

Sejenak biarkan aku waktu berhenti

Dan tak ada satupun yang berteriak di depan wajahku

Biarkan dunia hampa tanpa penghuni hingga aku tertidur

 

Usah kau ramaikan kesepianku

Dan biarkan aku sendiri

Berikan sedikit kesepianmu agar kurasakan

Keberadaanmu

 

Pergi…!

Pergi…!

Pergi…!

26 Juni 2010

Pacitan - Siung Tour Travel

1 komentar
Beberapa waktu yang lalu, gw beserta temen-temen KKN (KKN UII SL 05) cewek gw jalan-jalan keluar kota bermaksud untuk sejenak melupakan dan melepaskan semua beban kegiatan selama beberapa bulan ini  (bahasax puitis bo..). Rencana ini sudah disusun sedemikian rupa supaya semua anggota Unit 05 bisa ngumpul bareng buat refreshing, tapi beberapa hari sebelum hari yg ditentukan banyak temen-temen yang sudah “gugur” diantaranya Pak broto alias dimas, Rid.one beserta sang istri, dan Fitri. Sebenarnya ada positif dan negatif juga sich mereka gak ikutan. Negatifnya sich, gak seru aja kalo ngga lengkap. Tapi positifnya, kita-kita yang berangkat cukup muat di kijang silver tua bangkotan yang abis dipake malah berasap…busyeet dah…

Walaupun kita ber-10 muat dimobil itu, ya tetep aja “mpet-mpetan” mana ada 2 kapal tanker lagi didalamnya hhhaaaaa….(peace…damai selalu…wookeee!!!). Yupz… rombongan kita itu ada : berto pada driver, bang tera, anita, resti, sari, venry pegasus, tante jelly, reza cwox jelly sebagai co driver (hhaaa…), nae cwe gw and gw sendiri rheyzaurus wkwkwk…


Dan hari itu kita keluar dari kota jogja jam 7 menuju pacitan, lokasinya PANTAI KLAYAR


Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam-an diringi dengan lagu-lagu kompilasi dari SL IDOL (Sumber Lor, Red) : anita, tera, venry, dan kadang2 gw, akhirnya rombongan kita nyampe juga. Dan pada hari itu tercetak sejarah yang sangat penting bagi seorang venry “mamed” ervianto, dia ngga mabuk selama naik mobil padahal dia paling ngga bisa nahan mabuk naik mobil (dasar wong turi hheee…),,, dan si jagoan neon jelly tepar sampe ngga bisa menikmati keindahan di pantai klayar (padahal hujan, apa yg dinikmati…??). Hari itu juga ada syuting bolang (bocah petualang) tapi kok gambar kita-kita ngga ada yang masuk yak..??(hhee…ngarep!)


Gw sama cwe gw sebenarnya dah pernah sekali kesini dan hari ini kita tidak terlalu menikmati panorama alamnya karena sejak kita menginjakkan kaki, pantai klayar terus diguyur hujan walaupun cuma gerimis tapi anginnya bo’...bbrrrr…dingin banget!!!.


Setelah cuaca agak mendingan, akhirnya kita jalan-jalan dipesisir pantai walaupun cuma sekedar narsis 'dikit' doank...

Ini nich foto-foto kita di klayar :





















































































Setelah kurang lebih 1 jam-an kita di klayar, kita akhirnya pulang dengan sedikit kecewa dan kelaparan. Setelah istrahat buat makan dan driver kita (berto) pulang ke Jogja, rombongan kita melanjutkan perjalanan ke Goa Gong. 

Lokasi Goa Gong sebenarnya tidak terlalu jauh dari pantai klayar tapi karena urusan perut tidak bisa ditahan makanya sekitar jam 3 kita baru kesini. Di goa ini terdapat batuan stalaktit, batuan kapur berbentuk kerucut di langit-langit goa, dan stalagmit, batuan kapur yang berdiri tegak di dasar berusia ratusan tahun. Banyak yang seperti arca yang sengaja dibuat pemahat. Menurut beberapa peneliti dan wisatawan mancanegara, goa itu paling indah di Asia Tenggara. memasuki goa sedalam 256 meter itu juga mudah. tapi capek juga sich walupun ada jalur dengan pegangan besi di kanan-kiri dan lampu warna-warni. Kata orang-orang pacitan, kalau  belum ke Goa Gong berarti belum pernah datang ke Pacitan dan berdasarkan legenda, katanya zaman dalu sering terdengar suara gong dari bukit tersebut. nah, makanya mungkin karena itu dinamain Goa Gong.
Ini nich pic-nya :


























































Sekitar jam 4 rombongan kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Siung yang terletak di sekitar objek wisata BKK (baron, krakal, kukup) yang lokasinya-nya masih satu jalur dengan pantai Klayar yaitu Pantai Selatan. Sampai di Siung cuacanya sedikit mendung, tapi kita tetap diriin tenda dan menginap disini. Ditemani dengan sewajan kopi, alunan musik dari vokalis Pegasus, dan permainan poker, malam itu kita bersenang-senang,  party man..!!!



Malam itu Siung rame banget, banyak pengunjung yang hanya sekedar jalan-jalan dan ada juga yang camping disini. Tengah malam hujan yang “ditunggu-tunggu” akhirnya turun, anak-anak cewek akhirnya tidur di mobil, tera ma reza tidur di tenda yang agak basah. sedangkan gw sama vokalis pegasus alias venry nongkrong di warung, sambil dengarin dia curhat walupun gw juga sesekali (hhheee….dasar para lelaki!!!). tapi malam itu gw gak bisa tidur, dan akhirnya gw sama venry tidur pantai ditemani dinginnnya angin dan berselimutkan bintang gemintang (weeekkk…sumpah jijik banget..!!!).

Gw bangun mungkin sekitar jam 7an, dan orang-orang pada ngeliatin gw. Mungkin dalam pikiran mereka : “nich 2 orang gembel darimana tiduran di pasir”, atau mungkin juga : “wah ada yang abis diusir dari rumah nich kayaknya”. Tapi whatever-lah, yang penting gw seneng gw bahagia dah molor di pasir pantai hhheee…(dasar gak nyambung!!!).

Dan siang itu kita main abis-abisan di pantai pokoknya seru-seruan lah. Ini nich gambar-gambarnya :




Selepas dhuhur kita baru beranjak angkat kaki dari Siung, walupun capek dan pegel  kita tetap enjoy dan senang. Sekedar info, sampai di Wonosari akhirnya rekor yang selama ini di pertahankan venry akhirnya lepas juga, mabok cuy hhhaaa…kasian deh lu!!!.


Sekitar jam 4 rombongan kita nyampe lagi di jogja dengan selamat sentosa tanpa kurang satu apapun kecuali berto hhee…

Sebenarnya temen-temen pada mw jalan lagi tp gw dah nggak sanggup lagian gw dah ada janji rapat musyawarah kerja sama anak-anak asrama.

Hey guys, kapan nich seru-seruan bareng lagi!!!

Thanks dah terima gw jadi anak bawang di kelompok kalian, Unit SL 05. Sorry juga kalo gw ada salah kata and perbuatan gw ke kalian…


Nambahin Dikit aja :


Tera : gw salut ma loe, loe bisa jadi pemimpin yang bisa ngatur anak buah loe yang tampak Bengal hheee…makanya muka loe kayak orang tua…wkwkwkwk….!!!


Venry : riel, loe jangan jadi laki-laki kalah donk. Tunjukkin kalo loe bertanggung jawab. Hheee…hidup Pegasus. Kalo dah keluar album, kasiin ke gw gratis ya??
 


Berto : lanjutkan penerbangan-mu pak Ber…hheeee…peace..!! (susah nemuin foto yg ada mukamu hhheee..)



Dimas : sukses Dim, loe harus tw banyak temen2 yang peduli ama loe…




Ridwan : wesss..pak ridwan. Samlekuuummm…!!!




Anita : hhhee…ini nich yang paling berisik en paling ribut di unit SL 05. Tapi nit, gak ad aloe gak rame. Hhheee…(jangan sombong dulu, itu cuma basa-basi doang wkwkwkwk..becanda!!!)





Resti : hheee..mo ngomong apa yak ma resti?? Sukses aja deh buatmu, semoga amal ibadahmu diterima (waaaaaaaa…salah salah!! wkwkwkkwk…)  


 Sari : abang-abangku yeahhh…abang-abangkuuuu…kau buatku melayang..kau buatku di mabuk kepayang (backsong mahadewi)… hhheee….peace!!!




Fitri : garuda didadaku..garuda kebanggaanku…!!! Hhiiii….!!!


 Jelly : hyaaaattttt.....jagoan neon!!!



And the Last for my sweety vermouth : I will always love you…anytime and anywhere...^^