30 September 2011

Butterfly Effect Dalam Sepak Bola

0 komentar

Mungkin sebagian dari anda pernah mendengar istilah Butterfly Effect? Kepakan sayap sejumlah kupu-kupu di pedalaman Brasil dapat menyebabkan tornado ganas di kota Texas. Teori ini pada intinya mengatakan bahwa kesalahan sekecil apapun dapat menyebabkan bencana / perubahan sejarah di kemudian hari yang akan berbuntut panjang.


Tak terkecuali dalam sepakbola. Keputusan, kesalahan dan keberuntungan yang dibuat atau didapat di pentas tertinggi akan berpotensi untuk menciptakan sejarah baru. Apa yang akan terjadi bila Zidane tidak menyundul Materazzi pada saat final Piala Dunia 2006? Atau bola penalti sepakan Asamoah Gyan tidak membentur tiang pada menit 120 pertandingan perempat final Piala Dunia 2010? Bisa jadi Prancis akan menjadi juara untuk kedua kalinya dan Ghana menjadi tim Afrika pertama yang lolos ke semifinal di pentas Piala Dunia.


Kemudian tahukah anda Alex Ferguson pernah nyaris dipecat dari kursi pelatih Manchester United setelah empat tahun melatih tanpa gelar dan nyaris membawa tim Setan Merah degradasi? Apa jadinya bila pertandingan terakhirnya melawan Nottingham Forest di musim tersebut diwarnai kekalahan? Anda sekalian kemungkinan besar tak akan melihat dinasti kejayaan United di bawah asuhan Sir Alex Ferguson yang melahirkan bintang-bintang seperti David Beckham, Paul Scholes, Ryan Giggs, atau bahkan Cristiano Ronaldo.


So, dengan adanya butterfly effect ini marilah kita mencermati bahwa menang-kalah, gagal-berhasil dalam pentas sepakbola, terutama di level tertinggi maupun level menengah ke bawah , memiliki beda setipis kertas. Kesalahan atau keberuntungan sekecil apapun memegang kunci mengubah euforia sejarah dan cerita. Karena sepakbola bukan sekedar olahraga, bukan sekedar permainan, inilah pertunjukan penuh drama amarah, senyum dan air mata, yang menggugah bagi mereka yang benar-benar menyaksikannya dan merasakannya.


Every moment, every decision, every mistake, you’re playing for the future.. don’t mess it up!



_rheyzaurus as SEFARUAD7_


Remisi untuk Koruptor

0 komentar

Senin, 5 September 2011



ENAK menjadi koruptor di negeri ini. Negara memperlakukan mereka sangat istimewa.


Pertama, hukuman di tingkat banding dan kasasi bukan semakin berat, melainkan malah semakin ringan. Kedua, di dalam penjara pun koruptor masih bisa membeli kemewahan fasilitas. Ketiga, koruptor mendapatkan remisi, pemotongan hukuman, berkali-kali.  Sedikitnya dua kali dalam setahun pemerintah memberi remisi kepada koruptor, yaitu pada saat memperingati Hari Kemerdekaan dan hari besar keagamaan. Penganugerahan remisi itu biasanya dilakukan dalam sebuah upacara resmi dan diliput televisi.


Pada tahun ini, misalnya, dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan, sebanyak 427 narapidana korupsi mendapat remisi dan 19 orang di antaranya langsung bebas. Begitu juga saat memperingati Idul Fitri, sebanyak 243 koruptor mendapat remisi dan delapan di antaranya langsung bebas.


Selain mendapatkan remisi yang sifatnya umum itu, para terpidana korupsi masih bisa mendapat remisi tambahan. Kalau rajin menjadi donor darah empat kali setahun, menjadi ketua kelompok atau pemuka napi, terpidana korupsi bisa memperoleh tambahan remisi satu bulan sepuluh hari.


Fakta tak terbantahkan bahwa tak seorang pun koruptor di Republik ini yang menjalani hukuman penjara secara penuh. Itu pula sebabnya hukuman untuk korupror tidak pernah memberi efek jera.


Suara publik sampai kering mengecam pemberian remisi kepada koruptor yang menafikan efek jera. Akan tetapi, pemerintah menutup telinga. Dengan gagah perkasa, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar bahkan beralasan bahwa remisi merupakan hak narapidana, termasuk koruptor.


Tidak hanya itu. Patrialis Akbar mengharapkan pemberian remisi tidak dinilai sebagai kemanjaan bagi narapidana, tetapi harus dipahami dari sisi rasa kemanusiaan. Hal itu memperlihatkan watak pemerintah yang lebih berempati kepada koruptor di balik jeruji besi daripada rakyat yang dimiskinkan koruptor.


Sejauh ini pemerintah mengacu kepada ketentuan umum bahwa siapa yang berkelakuan baik selama di penjara akan mendapatkan remisi. Mestinya, pelaku kejahatan luar biasa seperti koruptor tidak diberi remisi. Korban korupsi ialah publik. Koruptor telah menghancurkan harkat dan martabat bangsa sehingga tidak pantas mendapatkan remisi.


Tidak sulit mengubah aturan remisi koruptor. Tidak perlu mengubah undang-undang, cukup memperbaiki isi Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Namun, perkara yang mudah itu menjadi sulit karena pucuk tertinggi pemerintahan tidak memiliki kemauan politik yang hebat untuk memberantas korupsi.



Sumber : Editorial Media Indonesia

Memaknai Idul Fitri

0 komentar

Selasa, 30 Agustus 2011


Seusai berpuasa selama satu bulan penuh dalam suasana Ramadan yang penuh berkah, akhirnya umat Islam di seluruh dunia menyambut Hari Raya Idul Fitri. Perayaan Idul Fitri seperti lazimnya perayaan sebuah pencapaian besar, dirayakan secara meriah dan masif. Perasaan suka cita, kegembiraan, dan kemenangan yang mendominasi perayaan hari ini menjadi klimaks dari perjuangan menahan diri secara fisik, mental, jiwa raga, lahir maupun batin yang dilakukan selama Ramadan.


Idul Fitri pun kemudian dimaknai sebagai hari kemenangan. Kemenangan terhadap hawa nafsu, kemenangan terhadap kekufuran, dan kemenangan terhadap kekerdilan, serta kemenangan terhadap segala sesuatu yang berkonotasi negatif.


Spirit Idul Fitri, karena itu adalah spirit yang dipenuhi energi positif. Setelah sebulan penuh berjuang dan lulus dari ujian berat Ramadan dengan menyingkirkan dan mengalahkan segenap energi negatif, memasuki Idul Fitri energi umat Islam dipenuhi dengan muatan yang serba positif.


Mereka yang lulus dalam ujian Ramadan pun dipersepsikan sebagai pribadi yang telah berhasil mencapai kualitas tertinggi dalam derajat ketakwaan dengan kembali ke fitrah, kembali kepada kesucian dan kedamaian.


Karena itu, Idul Fitri juga menjadi titik awal untuk meneruskan dan mengimplementasikan makna dari kata syawal, yaitu berarti peningkatan. Artinya, sebagai akhir Ramadan, syawal semestinya juga benar-benar dimaknai sebagai momentum perubahan ke arah lebih positif di segala bidang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


Nilai-nilai puasa Ramadan yang selama satu bulan ditanamkan dan berhasil diraih, semestinya dapat diterapkan ke dalam 11 bulan lainnya. Puasa yang bermakna menahan diri dari segala hawa nafsu juga hendaknya juga dapat dimanifestasikan dalam perilaku yang lebih bersih, lebih baik, dan lebih beradab.


Perilaku rakus, destruktif, malas, korup, tidak jujur, tidak disiplin, dan tidak bertanggung jawab yang selama ini masih menjadi fenomena paling sulit diberantas di negeri ini, semestinya akan jauh lebih berkurang dalam 11 bulan mendatang.


Idul Fitri adalah juga momentum untuk meningkatkan hubungan horisontal antarsesama. Ia harus menjadi kesempatan bagi peningkatan kohesivitas dan solidaritas sosial. Silaturahmi, saling memaafkan harus dilakukan secara tulus, patut, dan pantas. Artinya, saling memaafkan menjadi sebuah keharusan. Namun, ia tidak boleh meniadakan hukum positif yang berlaku di negeri ini.


Kesalahan harus diusut, hukuman harus diberikan kepada yang terbukti bersalah, kebenaran dan keadilan harus tetap ditegakkan. Karena, bila pelanggaran hukum dibiarkan, ia akan dianggap sebagai kebenaran. Selamat



Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin.

Penyakit Stagnasi Akut Milikku

0 komentar
Aku menyadari, bahwa akhir-akhir ini aku mengalami stagnasi yang serius. Saat kehidupan berputar dengan frame gambar-gambar keseharian yang sama hari ke harinya, dengan babak-babak yang berulang dan tanpa sebuah letupan-letupan semangat, aku sadar ada yang harus ditafakuri sejenak. Rasanya ini stagnasi.

Saat sebuah puncak jalanan menanjak sudah kita jejakkan kaki, lalu biasanya setelah itu hamparan jalan adalah menurun, atau katakanlah paling tidak dia akan datar-datar saja.


Sewaktu sekolah, mimpiku adalah merantau dan kuliah, saat kuliah mimpiku adalah bekerja dan berkeluarga. Tapi sekarang sampailah sudah pada fase dimna aku tiba-tiba menjalani rutinitas dengan otomatis. Setiap hari selalu sama, tertebak dan begitu-begitu lagi.


Apa yang salah?


Lama-lama aku sadar ini perkara mimpi. Ada tujuan yang membuat kita bergelora dan meletup-letup. Saat ada sesuatu yang ingin kita capai, kita akan berlari dengan lebih kencang, arahnya pun kita sudah terka kemana, katakanlah suatu kali kita melenceng, tapi akan gampang kita kembali ke tujuan. Katakanlah suatu kali kita jatuh terjerembab, kita akan gampang bangun lagi, meski sakit kita tetap berlari. Karena ada sesuatu itu yang akan kita raih. Ada mimpi.


Kalau begitu kenapa tidak bermimpi lagi saja?


Rasanya, dalam segala tatarannya, mimpi-mimpi kita itu akan berkembang lebih berisi dan penuh tantangan, seiring juga dengan fase kehidupan kita.


Saat kita masih kecil, mimpi kita mungkin sebatas hal-hal remeh. Saat kita sudah beranjak besar, mungkin benturan mimpi kita adalah bagaimana mensinkronkan visi pribadi dengan realita lingkungan yang sering tidak sejalan. Makin besar lagi kita, makin besar pula masalahnya.


Dulu mungkin mimpi kita adalah terbang ke langit dan memetik bintang, maka setelah dewasa mimpi kita haruslah juga terbang ke langit dan memetik bintang, tapi dengan membawa sederet gerbong keluarga ini untuk sama-sama melihat bintang yang itu, langit yang itu, terbang ke arah situ, dan itu seninya.


Dulu, saya pernah ditegur keras oleh seorang dosen pembimbing skripsiku karena saya sudah melewati “batas normal” masa perkuliahan. Katanya : “orang tua itu, lebih banyak pengalaman hidupnya daripada kamu, mereka lebih siap menghadapi banyak cobaan hidup, mau takdir baik, mau takdir buruk. Yang tidak siap itu kamu!”


Pedas…tak ada ampun. Tapi aku bersyukur sekali. Kalimat itu seperti mendorongku untuk lebih semangat lagi dan lagi dalam menyelesaikan studi.


Ya, memang benar. Cobalah tengok orang tua kita! Mereka itu prototype pemimpi sejati, tak usah jauh-jauh. Geletar mimpi mereka itu masih mengaliri denyut-denyut kehidupan kita. Kalau mimpi kita waktu kecil adalah hidup layak dan berpendidikan layak, maka mimpi mereka adalah bagaimana membawa sekian orang dalam gerbong itu menjadi lebih baik, sama sekali bukan gelora-gelora pribadi seperti kita.


Mimpi sepertinya memang harus di perbaharui di setiap fase hidup kita, tapi merekonstruksi pemahaman kita tentang mimpi adalah juga penting. Dan ada kalanya bercermin pada orang – orang di sekitar kita yang lebih sukses.


Tidak punya mimpi mungkin membuat hidup menjadi stagnan, lesu dan mati. Tapi salah membuat mimpi, seringkali juga membuat kita semakin jauh berbelok arah. Arghhh…



-rheyzaurus-

22 September 2011

Sahabat - Just Write This

2 komentar

Sahabat adalah sebuah kata yang menandakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang menyatu dalam kesatuan emosi dan membuatnya begitu berarti. Terkadang sahabat dapat membuat hari-hari yang kita lalui benar-benar indah dan memiliki banyak cerita, namun tidak jarang sahabat membuat kenangan terburuk sepanjang hidup kita. Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.





Bagi saya, sahabat adalah sahabat. Dan sahabat terbaik adalah sahabat yang tahu kapan dia atau kita membutuhkannya.



...and they're my friends...


[slideshow]



-rheyzaurus-

Gunung Sumbing, Pesona Gunung Gersang Yang Tidak Mudah Ditaklukkan

0 komentar

Berawal dari niat dan tekad yang kuat bersama seorang kawan untuk menyelesaikan pendakian "triple S" (Sumbing, Sindhoro, Slamet) di Jawa Tengah, maka diputuskan Gunung Sumbing adalah tujuan pendakian selanjutnya.



Gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah dengan ketinggian mencapai 3.371 mdpl dan berhadapan langsung dengan Gunung Sindoro yang sudah pernah saya taklukkan bersama komunitas ALPEN kurang lebih setahun yang lalu.

Gunung ini memiliki tipe strato atau kerucut yang membuatnya terlihat sangat terjal dan sulit untuk didaki. Kondisi puncaknya yang terdiri dari tebing batu cadas dan banyak kawah - kawah kecil yang selalu mengeluarkan asap belerang membuat gunung ini selalu diminati oleh para pendaki dari seluruh pelosok negeri. Apalagi gunung ini termasuk dalam pendakian ‘Triple S’ (Sindoro, Sumbing, dan Slamet). Puncaknya terdiri atas dua puncak, Puncak Buntu, dengan ketinggian 3.362 mdpl dan puncak Kawah, dengan ketinggian 3.371 mdpl.

Untuk mencapai puncak Sumbing kita dapat memilih beberapa alternatif jalur pendakian. Rute Garung (Punggungan Utara), Rute Cepit (Punggungan Timur), dan Rute Kalikajar (Punggungan Barat).Ketiganya memiliki karakteristik dan sarana transportsi yang berbeda. Kemudahan akses transportasinya pun berbeda pula.

Keadaan medan gunung ini sangat gersang di musim kemarau. Kondisinya punggungan gunung juga terbuka dan hampir nyaris dipenuhi oleh ilalang. Sumber air juga susah ditemukan kecuali mata air yang terdapat di ketinggian 2200 M, yaitu di sekitar daerah Genus (jalur lama) atau di Kedung (jalur baru) dan bentuknya telah permanen karena mata air ini juga dipakai untuk keperluan ladang pertanian. Jalur menuju ke puncak setelah ladang pertanian adalah jalur bebatuan. Jalur bebatuan ini dikenal rawan longsor jadi pendaki disarankan berhati-hati melewati jalur ini. Setelah melewati jalur bebatuan ini maka pendaki akan dapat mencapai puncak buntu (3371 M). dari puncak ini pendaki harus mengelilingi jalan setapak untuk dapat turun menuju Kawah Besar Gunung Sumbing. Dari puncak buntu pada pagi hari pendaki dapat melihat megahnya Gunung Sundoro yang terdapat tepat di depan mata dan keindahan Gunung Slamet (3428 M) 110 Km sebelah barat Gunung Sumbing.

Waktu yang dimiliki sebenarnya lebih dari cukup untuk mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari mengumpulkan informasi, persiapan fisik dan mental, persiapan perlengkapan dan perbekalan, sampai dengan menyusun rencana dan manajemen perjalanan. Namun karena sesuatu dan lain hal maka rencana pendakian ini sedikit molor. Hingga hari keberangkatan pun, 4 orang anggota baru ikut bergabung. Andri, Parto, Didit, dan Bahar. Bahkan malam sebelumnya, saudari-saudari saya berencana ikut dalam pendakian. Namun saya tidak berani mengambil resiko tersebut di Gunung Sumbing. Maaf yaa..!



Rencana pendakian ini pun sebenarnya hanya akan ada saya dan wawan (seorang kawan yang sudah cukup berpengalaman menaklukan beberapa gunung a.l :Merapi, Merbabu, dan Lawu), serta iki (yang terobsesi menjadi seorang pendaki profesional dan pernah menaklukkan Lawu bersama saya. Hanya kami berdua). Karena banyak pertimbangan, iki tidak bisa ikut dalam ekspedisi kali ini.


Singkat cerita, akhirnya berangkatlah kami ber-enam menuju basecamp Gunung Sumbing yang terletak di Desa Butuh, Dusun Garung, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Rute Garung merupakan salah satu dari 3 rute pendakian menuju puncak Sumbing  yang paling banyak diminati oleh para pendaki karena jalur ini banyak petunjuk dan keamanan medannya lebih terjamin serta waktu tempuhnya lebih cepat dibandingkan dengan jalur lain.



Basecamp di dusun Garung – Desa Butuh ini merupakan entry point atau desa terakhir menuju jalur pendakian. Di rute ini terdapat 2 jalur pendakian yaitu Jalur Lama dan Jalur Baru. Sebenarnya tidak ada perbedaan yang khusus mengenai kedua jalur ini hanya arah dan sudut pendakiannya saja yang sedikit berbeda. Jika menggunakan jalur lama maka akan terasa sangat berat karena pendaki akan menemukan medan pendakian yang berkemiringan sekitar 70 derajat, sehingga pada saat turun hujan akan sangat berbahaya untuk didaki. Berbeda dengan jalur baru yang terletak di sebelah barat jalur lama, medan pendakian tidak seberat jalur lama hanya ketika menggunakan jalur ini pendaki akan banyak melewati daerah perbukitan kecil sehingga akan lebih lama untuk mencapai puncak.

Setelah sampai di basecamp kami melapor kepada penanggung-jawab sekaligus registrasi ijin pendakian ke Gunung Sumbing. Di basecamp ini kita bisa bermalam dan memesan menu yang tersedia sebagai pengganjal perut sebelum mulai mendaki. Untuk kebutuhan air sebaiknya dipersiapkan di basecamp ini, karena selama perjalanan ke puncak mata air susah untuk dicari. Registrasinya cukup sederhana, kami hanya diminta menulis daftar nama rombongan dan membayar Rp. 3.000/orang.


 


Here We Go..!


Setelah kami mengurus administrasi, tidak lupa saya menyuruh kawan-kawan yang belum pernah mendaki melakukan peregangan otot untuk menghindari cidera-cidera yang tidak perlu sekaligus mengisi botol-botol air yang masih kosong.


Istirahat sebentar kemudian berdoa. Amin…!!! Waktu menunjukkan pukul 16.45 WIB dan cuacanya cerah. Kami mengambil rute jalur baru yang terletak di sebelah barat dusun. Jalur ini jika mendaki terasa lebih mudah dibandingkan dengan jalur lama. Tapi ketika turun gunung lebih baik melewati jalur lama. Kelompok dibagi menjadi 2. Saya, Andri, dan Didit dengan saya sebagai penanggung-jawab. Sedangkan kelompok lainnya ada Wawan, Bahar, dan parto. Wawan sebagai penanggung-jawab mereka. Kami diberikan sebuah peta yang sangat bermanfaat bagi kami.



KM 1 :   Jalan menuju batas hutan berupa jalanan aspal dengan tanjakan panjang. Di kanan kirinya terdapat rumah-rumah penduduk dan ladang-ladang. Dalam hati saya berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa kepada kami karena pengalaman yang masih sangat terbatas apalagi di gunung yang konon katanya tidak mudah menggapai puncaknya plus miskin vegetasi alias gersang. Perjalanan awal menuju pos 1 ini terasa tidak begitu sulit karena masih merupakan jalan dusun dan hanya terdapat beberapa tanjakan yang tidak begitu berarti.


Di sepanjang perjalanan kami banyak bertemu dengan penduduk yang berjalan berlawanan arah dengan kami, mereka membawa kayu bakar kering dan bongkahan rumput. Kebanyakan dari mereka sudah berusia senja, namun semangat dan perjuangannya seakan mengalahkan kami yang muda-muda.


KM 2 :   Hampir satu setengah jam kami berjalan, pemandangan belum jauh berbeda dan matahari kian turun ke peraduannya. Kami melewati Pos 1 sambil istirahat sebentar menunggu kawan-kawan yang tertinggal di belakang. Maklum Bahar yang bertubuh gempal dan Parto yang smoke addict mungkin kaget dengan kondisi jalan yang mulai menanjak yang terdiri dari tanah liat dan berpasir. 2 botol minuman dihabiskan oleh mereka. Hhha…


Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Pos II Gatakan. Di peta letak Pos II tidak begitu jauh sekitar 3 km dan waktu tempuh sekitar 1 jam. Setelah perjalanan yang cukup jauh dan -menurut insting saya- akan segera sampai di Pos II, kami menemui pertigaan. Lurus dan Kiri. Saat-saat seperti inilah seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan.


Saya memutuskan mengambil rute sebelah kiri yang ternyata adalah rute yang salah karena rute ini hanya digunakan oleh para petani untuk mengambil rumput sebagai pakan ternak mereka. Jalur ini memotong punggungan bukit dan semakin sempit, melewati sungai dengan aliran yang kecil, serta vegetasi yang semakin rapat dan tinggi. Lebih parahnya lagi beberapa kawan sempat panik, saya pun menghubungi petugas basecamp. Ide dari petugas menyuruh kami memutar balik menuju pertigaan tadi tapi saya memutuskan untuk tetap berada pada jalur ini. Lucunya, sekitar 10 meter kemudian kami menemui pertigaan yang terletak di KM III Jalur Lama.


KM III Jalur Lama :  Jalur pendakian sudah semakin menanjak dengan sudut kemiringan 45 derajat lebih. Kondisi jalan tanah liat dan berpasir sehingga seringkali kami tergelincir ke bawah walaupun kami masih sering menjumpai beberapa bonus (jalan rata, istilah). KM III dikenal dengan nama Malim. Disini juga merupakan kawasan bosweisen atau perbatasan antara hutan dan ladang penduduk. Sebenarnya memotong jalur di KM III ini kami seperti turun beberapa meter kebawah dari jalur sebelumnya.


KM IV (Genus) :      Kondisi jalan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya hanya saja vegetasi di kawasan ini semakin rapat dan banyak pepohonan yang tinggi. Pendaki juga harus berhati-hati karena jalur berada di pinggiran jurang apalagi mendaki pada malam hari seperti kami. Tim sudah sangat kelelahan dan waktu sekitar pukul 10 malam.


Di jalur ini terdapat beberapa pertigaan yang kami kira adalah pertigaan Pestan (peken setan/pasar setan) yaitu pertemuan jalur lama dan baru. Karena kami semua takut “terjadi apa-apa”, kami sudah mulai diam dan tegang, saya sudah mencoba segala macam doa entah dengan yang lainnya. Mental kami sedang teruji apalagi kelelahan plus kelaparan sudah sangat membebani kami. Ternyata kita belum melewati pasar setan. Hufff… sedikit lega.


Kami melewati pertigaan engkol-engkolan yang kondisinya tidak terlalu menanjak tapi tetap harus hati-hati karena jalannya yang berpasir sehingga seringkali tergelincir. Kami beristirahat sebentar dan bertemu dengan pendaki dari wonosobo yang sedang bermalam disana. Sempat menanyakan rute kemudian kami melanjutkan perjalanan.


KM V (Seduplak Roto) :      Jalur pendakian menanjak kembali. Kali ini sudut kemiringan sudah sangat tinggi dan seringkali kami tergelincir. Kondisi jalan masih sama namun sejauh mata memandang ilalang sangat mendominasi kawasan ini. Karena sebagian anggota tim sudah sangat kelelahan, kami memutuskan untuk bermalam disini walaupun sempat terjadi sedikit perdebatan antara saya dan wawan. Saya hanya tidak ingin mengambil resiko dengan kawan-kawan yang baru pertama kali mendaki. Waktu menunjukkan pukul 23.20 WIB dan posisi kami berada pada ketinggian sekitar 2.350 mdpl. Bayang-bayang Sindhoro yang berdiri tegak di depan kami menambah indahnya langit pada malam itu dengan kondisi yang sangat cerah namun dingin dan berangin.




Kami mendirikan tenda dan segera mengisi perut yang sudah sangat memberontak sedari tadi. Wawan sebagai koki segera memainkan perannya. Hhha…




“Ahh.. apapun makanannya kalau diatas gunung dan di dalam pelukan alam semua terasa begitu nikmat”. Manusia itu jika sedang dalam kesulitan dan beban yang sama akan terasa damai dan bersatu. Semua menjadi satu. Satu lagi pelajaran hidup bagi saya.



Selesai makan kami segera beristirahat karena rencananya kami akan melakukan summit attack pukul 06.00 WIB.


 



To Be Continued…

Captain Jack - Munafik (Album : Some Think About)

1 komentar
Kalian baik padaku saat kalian butuh sesuatu dariku

Baik padaku hanya saat aku tahu rahasia burukmu

Berpaling dariku, saat aku jatuh, saat aku butuh orang lain

Musuhkah kalian? Temankah kalian? Ku tak mengerti!

 

Aku memang pecundang, tapi kalian semua MUNAFIK! MUNAFIK! MUNAFIK!

 

Bicara buruk tentangku, di belakangku dan semua pun mentertawaiku

Mengkhianatiku saat aku mulai percaya padamu

Merendahkanku, sedikit menghina tentang semua apa yang kulakukan

Musuhkan kalian? Temankah kalian? Ku tak peduli!

 

Aku memang pecundang, tapi kalian semua

MUNAFIK!

MUNAFIK!

MUNAFIK!

Captain Jack - Hanya Karena (Album : Some Think About)

0 komentar
aku muak karena selalu dibuang

seperti aku tak pernah dibutuhkan

aku muak karena terus dicampakkan

seakan aku tak pernah berguna

 

dan aku muak karena s’lalu dijejali

oleh sampah yang tak pernah kusukai

dicaci, dimaki, dipandang sebelah mata!

 

Hanya karena aku berbeda

Tak sama seperti mereka

Dan aku terkubur dalam busuknya dunia

 

Aku muak karena selalu dipaksa menjadi apa yang mereka suka

Aku muak karena selalu harus patuh pada semua kotoran yang sama

 

Hanya karena aku berbeda

Tak sama seperti mereka

Dan aku terkubur dalam busuknya dunia

 

Hanya karena aku berbeda

Tak sama seperti mereka

Dan aku tersisih bagai sampah tak berguna

Captain Jack - Entah Sampai Kapan (Album : Some Think About)

0 komentar
Entah sampai kapan ku kan

Hidup bergantung pada orang lain

Entah sampai kapan ku kan

Bermain hingga sadar waktuku t’lah habis

 

Entah sampai kapan

Kesenangan tetap berada di pihakku

Harus sampai kapan aku dapat menemukan

Apa yang selama ini kucari

 

T’lah terbuang semua waktu percuma dan kusiakan

T’lah mencari namun hingga sekarang ku tak menjadi apapun

 

Hingga saat ini tak ada satupun yang bangga padaku

Hingga saat ini ku tak tahu apa yang akan terjadi padaku

Semua temanku t’lah jauh di depanku dan meninggalkanku

Dan harus kemana masa depanku t’lah tertutup oleh kesalahanku s’lama ini

 

Entah sampai kapan?

Entah sampai kapan?

Entah sampai kapan?

Captain Jack - Dari Anakmu (Album : Some Think About)

0 komentar
Kemana ayahku, yang pernah ku kenal dahulu

Kemana ibuku, mengapa semua berubah

 

Cuma ada kebencian kini

Mengapa ku dipaksa untuk memihak

Bukankah kita semua satu

Tidak kah ada jalan yang lebih baik

 

Kami anak-anakmu, perhatikan kami

Kami tak cukup kuat untuk semua ini

Kami anak-anakmu, dan tolonglah kami

Yang kami butuh hanya semuanya kembali

 

Semuanya pergi, saat kubutuh bersandar

Semua berteriak saat yang kubutuhkan hanya damai

Sekarang ku tak bias bedakan

Ini rumah ataukah ini neraka

Kududuk disini menangis

Kututup telinga mengapa masih terdengar

 

Oh ibu an ayah selamat malam

Selamat bertengkar hingga kau puas

Oh ibu dan ayah selamat malam

Jangan hiraukan aku

Ku tutup telinganku

Mengapa masih terdengar…???

19 September 2011

RESENSI FILM PETUALANG : INTO THE WILD

1 komentar

Into the Wild: Kisah Tragis Sang Petualang Muda


Penulis: John Krakauer




Aku ingin pergerakan dinamis, bukan kehidupan yang tenang. Aku mendambakan kegairahan, bahaya, dan kesempatan untuk mengorbankan diri baagi orang yang kucintai. Aku merasakan di dalam diriku, tumpukan energi sangat besar yang tidak menemukan penyaluran di dalam kehidupan kita yang tenang.
Leo Tolstoy (''Family Happiness'')



Apa yang ada dalam benak seorang pemuda cerdas, sarjana berpredikat cum laude, ketika dia meninggalkan kehidupannya, keluarga yang mencintainya, dan mengasingkan diri ke alam liar? Mengapa dia menanggalkan kenyamanan peradaban dan semua atribut duniawi, dengan menyumbangkan semua tabungannya, membakar sisa uang tunai yang dia miliki, serta meninggalkan mobil kesayangannya di tengah hutan begitu saja?


Chritopher McCandless menjelma menjadi Alexander si Petualang Super -- menggantungkan hidup pada alam sepenuhnya, mengabaikan risiko apa pun, dan mencoba bertahan di tengah kebekuan dan kesunyian Alaska, The Last Frontier, dataran kejam yang tak kenal belas kasihan. Akankah petualangan ini membawa dia pada makna kehidupan? Ataukah ini hanya kegialaan kompleks seorang pemuda yang nyentrik yang haus sensasi?


Di dalam Into the Wild: Kisah Tragis sang Petualang Muda, Jon Krakauer mengajak kita menguak misteri pengasingan diri Alexander si Petualang Super dan menyelamai gairah manusia saat bersinggungan dengan bahaya dan maut.


''Buku wajib bagi para petualang alam dan pemilik jiwa yang resah.''
St. Petersburg Times


Jon Krakauer adalah penulis best-seller Into Thin Air: Kisah Tragis Pendakian Everest dan editor pendukung untuk majalah Outside. Karya tulisnya juga sering muncul dalam Smitshonian, National Geographic, Playboy, Rolling Stone, dan Architecture Digest. Artikelnya tentang Chris McCandless di majalah Outside membuat dia menjadi finalis National Magazine Award. Dia juga mendapat penghargaan dari American Alpine Club Literary. Bersama istrinya, saat ini, dia menetap di Seattle, Washington.


_rheyzaurus_

Gallery Nglanggeran II, Cerita Tentang Pagi Yang Menakjubkan

0 komentar
[slideshow]

Bonus, Jepret Sendiri :





_rheyzaurus_

14 September 2011

Indahnya Ramadhan di Kampung Orang

0 komentar

10 Agustus 2011


Marhaban yaa Ramadhan, Alhamdulilah bulan yang dinanti-nanti oleh setiap muslim diseluruh dunia akhirnya datang juga. Bulan penuh berkah yang menjadi rahmat terbesar bagi umat manusia khususnya bagi umat muslim yang taat kepada Tuhan-nya.



Ramadhan memang membawa banyak perubahan untuk ummat Islam, bukan hanya di Indonesia yang tidak lama lagi merayakan ulang tahun yang ke-64, tapi juga umat Islam di seluruh dunia. Masjid-masjid yang biasanya sepi, seperti disulap menjadi penuh bahkan sampai selasar & pelatarannya. Suara orang ber-taddarus pun menambah hidup suasana malam-malam di bulan Ramadhan.


Tidak seperti kebanyakan orang, ramadhan kali ini terasa sangat berbeda karena ini adalah ramadhan ketiga-ku sebagai seorang mahasiswa yang tidak tahu kapan lulus dan anak kost-an di Jogjakarta. Sudah 5 tahun ini aku tinggal di Jogjakarta.


Sebagai seorang mahasiswa perantauan, aku dituntut untuk mandiri alias serba sendiri. Meskipun jauh dari orang tua bukanlah hal baru bagiku. Namun tahun ini terasa sangat begitu berbeda dari sebelumnya. Keinginan untuk pulang ke rumah dan bersama keluarga sangat menggelora di dalam dadaku tapi semuanya harus ditunda karena janji kepada diriku sendiri. Tidak akan pulang sebelum wisuda kelak.


Aku memimpikan kebersamaan dan keceriaan ketika menanti saat berbuka bersama ayah-ibu serta adik-adikku dan saat-saat dimana aku bersama kawan-kawan. Jika saya tidak pulang kampung, saya biasanya ngabuburit bersama pacar sebelum berbuka menikmati indahnya Jogja di sore hari.


Namun sekarang, ketika pacar sedang dalam proses penyelesaian studi di Surabaya dan adzan magrib berkumandang aku biasanya duduk seorang diri di kamar kost dengan beberapa potong gorengan dan air putih atau mungkin sedang tertidur.


Tapi tak apa lah aku jauh dari keluarga, kampung, dan pacar. Karena semua itu demi cita-cita menuntut ilmu. But no matter coz i’m not alone, masih ada kawan-kawan seperjuangan disini yang rencanya akan aku ajak bacpaking ke Pulau Dewata. Bali, wait me!


Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Bagi yang tidak, selamat makan dan minum.


Dan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H, Minal aidzin wal faidziin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.


Thomas Morus, Doa tentang Humor dan Lelucon

0 komentar

Thomas Morus (1478-1535), politisi dan santo berkebangsaan Inggris, disebut sebagai penulis doa tentang humor yang dapat pula dipakai untuk pertunjukkan sirkus.


Beginilah isi doanya :




”Tuhan, berikanlah aku pencernaan yang baik dan juga sesuatu untuk dicernakan. Anugerahkanlah aku kesehatan tubuh beserta kesadaran untuk memeliharanya. Tuhan, berikanlah aku jiwa yang tidak kenal kejenuhan, yang tidak tahu menggerutu, mengeluh, dan mendesah. Jangan biarkan aku terlalu banyak dibebani kecemasan akan egoku yang selalu merasa kurang diperhatikan. Tuhan, berikanlah aku rasa humor. Anugerahkanlah aku rahmat untuk menikmati lelucon sehingga aku dapat sedikit merasakan kebahagiaan di dalam hidup ini dan dapat meneruskannya kepada orang lain!”



Sepertinya bangsa Indonesia  sekarang ini juga harus mengikuti doa Thomas Morus, supaya masyarakat di negeri kita ini bisa lebih dinamis dan lebih harmonis dalam menjalani hidup. Tidak peduli masyarakat golongan bawah - atas, Islam-Kristen, Sunda-Batak, dll.


TERUTAMANYA PARA PENJILAT dan KORUPTOR-KORUPTOR BUSUK harus sering-sering memanjatkan doa seperti ini!!



-rheyzaurus_

My Bucket List

0 komentar

Setiap orang punya hak mewarnai hidupnya sendiri. Termasuk saya tentunya yang tidak ingin masa muda saya lewat begitu saja. Tanpa warna.  Tanpa rasa. Tanpa kepuasan batin.


Terlalu banyak hal-hal besar yang ingin saya capai dan lakukan yang tidak ingin saya lewatkan begitu saja. Bukan karena saya egois. Tapi lebih karena saya ingin meninggalkan sebanyak mungkin jejak monumental dan pengalaman selama saya masih bisa terbang, bebas, dan merdeka. Apalagi saya sekarang berada di sebuah kota yang kehidupan budayanya masih sangat kental namun "majemuk", dan berada di pulau yang merupakan pusat pemerintahan republik ini.


Saya selalu mengingat sebuat kalimat dari sahabat saya, sangat sederhana namun banyak arti. "Ini Jawa Pace!".


Kalimat ini seolah-olah sindiran bagi saya, mahasiswa perantau. Bagaimana memanfaatkan waktu sebanyak-banyak mungkin menggali wawasan, memperbanyak pengalaman hidup, dan menambah sahabat-sahabat baru. Ditambah lagi umur yang belum mencapai seperempat abad dan belum berkeluarga membuat saya semakin bersemangat untuk melanglang buana ke tempat-tempat yang saya sukai di seluruh penjuru tanah air.


Sebuah kerugian menurut saya, kita sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang tidak terhingga tapi tidak pernah mengenal budaya dari daerah-daerah lain. Bersosialisasi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Merasakan pahit manisnya orang-orang yang kurang beruntung dibandingkan kita.


Karena besarnya keinginan mendapatkan pengalaman baru, saya mencatat semua hal-hal yang ingin saya lakukan. Sesuatu yang baru. Sesuatu yang mendobrak sistem. Sesuatu yang kebanyakan orang tidak mau memimpikannya apalagi melakukannya.


Yupp... saya terinspirasi dari film "THE BUCKET LIST" yang dibintangi MORGAN FREEMAN dan JACK NICHOLSON. Karena saya tidak ingin hidup saya datar-datar saja kayak TV flat terus tidak berwarna lagi. Hhhe..


"Buatlah sesuatu yang baru setiap hari. Jangan sampai stagnansi!"


Kalimat dari saya sendiri. Hhe..


-rheyzaurus-

JOGJAKARTA

0 komentar


Jogja mengajarkan kami banyak hal…

Tentang mimpi...

Kebersamaan…

Dan Cinta…

Kebersamaan kami melahirkan persaudaraan yang tak dibatasi oleh pertalian darah.

Perbedaan itu pasti ada, cek-cok itu pernah ada

Tapi semua bisa diselesaikan atas nama persaudaraan…

Disini Kami melebur menjadi satu ..

Tak peduli apa dan bagaimana latar belakang kami..!

Mimpi kami bukan sesuatu yang  mudah untuk diwujudkan…

Tapi tidak mustahil untuk menjadi kenyataan

Di pundak kami ada tanggung jawab yang harus di tunaikan..

Janji pada diri sendiri yang harus diwujudkan..

Meskipun harus jatuh bangun,

perlahan-lahan kami bangkit mewujudkannya…

Senyum dimata mereka dan kepuasan dalam diri, menjadi harga yang sebanding untuk

setiap usaha…

kerja keras…

dan kucuran keringat kami…

Refreshing itu perlu untuk menghilangkan kepenatan..

Tapi jalan-jalan kami bukan jalan-jalan biasa..

Yang pasti jalan-jalan kami menghasilkan sesuatu yang lebih berharga…

Yaitu PENGALAMAN!!!

-sebuah persembahan dari sahabat saya nita_olet-

Merakyat dengan Kereta Api Kelas Ekonomi

0 komentar

Kehidupan nyata yang sangat sesak untuk dilalui. Hmm..!



Salah satu alat transportasi rakyat yang sangat ekonomis, dan banyak perasaan yang menjadi candu disana. Sebuah candu akibat adanya interaksi sosial yang humanis, dan mengkultur dalam jiwa manusia asli Indonesia.


Manusia indonesia identik dengan ramah tamah, senyuman, dan  gotong royongnya. Mungkin inilah salah satu alasan PT. KAI untuk membangun sebuah alat transportasi umum yakni kereta api kelas ekonomi. Entah dari yang namanya Sri Tanjung, Logawa, Kahuripan, Bengawan, Progo, Matarmaja, dan lain-lain. Seluruh rel di daratan Jawa dari ujung Merak Banten sampai Banyuwangi nun jauh sana sudah pasti habis dilalui oleh KA jenis ini .


Banyak ciri khas yang bias kita lihat, paling gampang dari tata cara penjual yang silih berganti masuk KA mondar-mandir tanpa lelah menjajakan barangnya.


“Saya jualan sudah 40 tahun mas, dari jam 5 sampai dagangan saya habis.. anak saya 4, cucu saya 10.”, kisah seorang ibu sambil membasuh keringatnya.


“Yahh.. begini ini kereta rakyat!”, menurut seorang ibu yang membawa 3 orang anaknya yang masih kecil dan tidak mendapatkan tempat duduk.


“Duh pak, sabar toh yooo..!!! wes sesek iki!”, teriak seorang penjual kepada bapak-bapak yang buru-buru masuk mencari bangku yang kosong.


“Maap mas!”, kata-kata yang sering terlontar di kereta ini.


“…”, diam adalah cara yang sering digunakan bagi sebagian penumpang.


Tak sedikit pun candaan yang terlontar dari isi kereta.


“Mijon…mijon…mijon…mijon”, kental aksen asli pribumi yang seperti rumit mengeluarkan huruf “Z”.


“Kopi..Pop Mie…Popi..Kop Mie…”, teriak para pedagang menjajakan dagangannya.


“ewerrr…ewer..eweerr...eweerr…awwww!!!”, nyanyi seorang banci membangunkan beberapa penumpang dalam gerbong.


Tidak sedikit pula yang merasa cemas jika menaiki kereta ekonomi ini. Termasuk saya yang belum begitu lama menggunakan jenis transportasi ini. Dengan banyaknya orang yang keluar masuk di stasiun setiap kota hampir bisa dikatakan tidak ada kenyamanan disana. Bohong  kalo ada yang berbicara kereta ekonomi nyaman buat kita. Pengamen bernyanyi seenaknya dengan tampang gaharnya, Pedagang yang memberikan dagangannya kepada kita seenaknya meskipun kita sedang terlelap, Perokok yang seenaknya mongotori udara pengap dalam kereta, dan terlebih lagi fasilitas kamar kecil yang jauh dari standar operasional per-kamarmandi-an.


KA Ekonomi…memang begitu…untuk mereka yang berkelas ekonomi dan memilih jalur hidup ekonomis, atau mungkin karena nasib yang membuat mereka menjadi orang yang ekonomis. Tidak apalah, setidaknya kami para manusia ekonomis berkendaraan dengan halal.


Di dalam KA Ekonomi kita tidak akan menemukan kehausan, karena penjaja air mineral silih bergantian, begitu juga penjaja kopi…tak mau kalah. Bahkan para pekerja PT. KAI pun ikut menawarkan dagangannya.


Tapi sungguh merakyat kereta ini, kita tidak pernah berkenalan tetapi satu sama lain saling bercerita, saling mengisi waktu dan berbagi pengalaman. Mau coba tidur nyenyak di KA Ekonomi? Beli saja koran seribu atau gelar karpet di jalan kabin, kemudian tidurlah yang tenang. Akan sangat tidak tenang ketika ada yang menginjak kaki atau kepala anda di setiap stasiun. Hhhee…


Ironis memang..! Negeri kita ini sudah 64 tahun merdeka tetapi masih seperti ini alat transportasinya. But it’s not problem… karena kereta ini akan membawa kita berlama-lama menikmati keindahan nusantara Indonesia. Karena kereta ini dapat berhenti di setiap kota yang di laluinya. Melaju dengan kencang menembus waktu dan udara yang segar. Melihat berbagai jenis sikap manusia dalam menjalani harinya. Dan terutamanya lagi mendapatkan berbagai pengalaman yang tidak pernah kita temui di hari yang lain.


Yuk…! ber-Kereta Kelas Api Ekonomi, jangan takut…berikut tipsnya :


1. Siapkan uang receh yang banyak soalnya banyak makanan murah yang unik dan enak dan mudah-mudahan sehat di masing-masing kota.


2. Supaya aman, tas yang berat taruh di atas dan jangan melepaskan pengawasan. Tas berisi barang berharga seperti HP dan dompet lebih baik selalu dibawa. Jangan sekalipun berlebihan membawa barang berharga. Para copet akan sangat girang.


3. Siapkan air yang cukup untuk keperluan sendiri. Kalian akan tahu manfaatnya jika ke kamar kecil.


4. Kalau sedang melakukan perjalanan sendiri lebih baik pilih tempat duduk yang dekat ibu-ibu atau bapak-bapak. Kalo rame-rame pasti aman.


5. Siapkan segala cerita dan pengalaman karena sewaktu-waktu bisa berguna untuk cerita ke tetangga sebelah tempat duduk kalian.


6. Paling penting ya di bawa santai saja, resiko jadi orang ekonomis.




_rheyzaurus guevara_