25 Februari 2010

Realita Kampus dan Mahasiswa

0 komentar

            Banyak orang mengatakan bahwa zaman ini telah banyak berubah namun sebenarnya keadaan ini tak ada yang berubah. Kapitalisme masih berkuasa dan kian kejam. Amerika serta sekutunya sibuk invasi kesana – kemari. Yang berubah adalah kita sebagai kaum muda. Anak – anak muda yang terlampau takut melihat zaman. Kapitalisme telah masuk dan merongrong diberbagai urat nadi kehidupan sosial kita termasuk kampus.

Kampus telah menjadi museum tempat banyak orang tua yang memiliki intelektual tinggi berkumpul dan memaksakan pendapatnya. Buku - buku ditulis kemudian dipaksakan untuk dibeli dan dibaca. Dosen – dosen muda sibuk untuk sekolah dan kemudian mengajar dengan bait dan lirik yang sama. Seolah – olah mereka hanya sebuah pengeras suara dari isi buku yang itu – itu saja dan banyak diantara mereka tak punya pandangan segar dan mengejutkan. Karena itulah kuliah seperti mobil tua rusak yang lamban : terseok-seok tanpa ada kegemparan. Kuliah yang tawar membuat kampus menjadi tempat seperti tempat penitipan anak. Tradisi kuliah yang seolah – olah lebih mengutamakan terisinya lembaran absensi daripada otak membuat mahasiswa “harus dipaksakan!!!” mengikuti kuliah. Dosen seolah – olah mengejar setoran. Berikan sebanyak – banyaknya, secepat – cepatnya. Lebih cepat selesai lebih bagus. Tak peduli hasilnya bagus atau buruk. Tak penting apakah para mahasiswa menguasai materi atau tidak. Dari cara ini memang banyak melahirkan mahasiswa yang memiliki nilai KHS tinggi dan mampu menjawab semua pertanyaan tentang kimia, fisika, ataupun hal – hal lainnya. Namun, tidak sedikit dari mahasiswa yang berintelektual tinggi tersebut tidak tidak pernah berpikir tentang : apa yang bisa saya lakukan untuk mengurangi penderitaan rakyat yang menjadi korban penindasan penguasa biadab?.

Di kampus – kampus selalu lantang ketika berbicara tentang penindasan kaum lemah dan sistem kapitalis barat. Namun tak ada gerakan sama sekali, yang ada hanya kumpulan orang penakut dan bernyali banci yang berambisi besar. Perpustakaan selalu sepi dengan buku – buku pergerakan. Itu yang membuat kampus menjadi menara gading tempat menyimpan orang – orang kerdil yang tidak terlalu antusias berfikir tentang hal – hal mengenai rakyat. Sedangkan diluar sana masyarakat memandang kampus sebagai lingkungan para terpelajar elit yang sulit disentuh yang akan menolong mereka. Tapi dengan biaya mahal siapa yang bisa kuliah?. Ujung dari pendidikan busuk ibarat sampah ini hanya menghadirkan mahasiswa penindas yang tak peduli akan rakyat. Maka benarlah tulisan So Hok Gie :
hanya mereka yang berani menuntut haknya, pantas diberikan keadilan. Kalau mahasiswa Indonesia tidak berani menuntut haknya, biarlah mereka ditindas hingga akhir zaman oleh dosen – dosen korup mereka…
         Julukan dosen korup ditorehkan pada mereka yang perangainya selalu menindas dan selalu berbohong. Inilah yang membuat kampus kehilangan rahim gerakan karena para dosen hanya meniupkan kesadaran palsu kepada mahasiswanya. Gerakan – gerakan mahasiswa yang muncul seperti gerakan anak SMU yang bergerak dibawah telunjuk, hanya olah ketrampilan untuk kemudian menjadi kader yang lihai berbohong dengan mandatnya tanpa bisa memikirkan apa yang bisa mereka kerjakan untuk perubahan sosial rakyat. Mahasiswa menjadi segolongan mayat hidup yang bercita – cita menjadi sarjana untuk mendapatkan kenikmatan hidup. Mereka membawa buku keluar masuk ruangan mencoba untuk menjadi anak – anak patuh. Mereka tidak sadar bahwa tugas mereka tak hanya itu! Tahukah mereka kalau diluar sana ada banyak kepedihan dan kesakitan yang berjalan. Semangat perlawanan bukan saja hilang! Tapi tersungkur kesadarannya untuk membaca alur kehidupan yang semakin tidak adil ini. Mahasiswa seharusnya menjadi penyambung suara pedih rakyat namun realitanya sekarang menjadi penyalur kaum borjuis yang munafik dan korup.
Antonio Gramsci menulis :
“…anak – anak muda menjadi pengecut sekaligus melihat terlalu banyak kepengecutan, anak – anak muda ini begitu memalukan dan menyedihkan,… dan tak mungkin bagi sebuah Negara berharap tercipta pembaharuan masyarakat dari berandal – berandal muda ini…”
             Kampus kini menjadi sarang para perompak yang melihat masalah sosial hanya sebuah kesimpang-siuran teori. Pendapat ilmiah hanya merupakan jamuan argumentasi yang tak mampu diterjemaahkan dalam realitas. Kampus hanya menjadi kumpulan seonggok daging sarjana tersohor yang hanya berpuas diri dengan saling berargumentasi. Kampus menjadi karnaval teori – teori klasik tanpa bersentuhan dengan realitas kemasyarakatan.

             Kita bisa melihat contoh pada Che Guevara, seorang mahasiswa kedokteran yang hampir lulus dengan status cum laude yang lebih memilih mengelilingi amerika latin untuk melihat penderitaan rakyat daripada percaya pada buku dan menulis laporan – laporan penelitiannya. Ia tinggalkan semua kebiasaan kuliah, berburu nilai terbaik dan mematuhi dosen. tapi tak dapat dipungkiri kita tak dapat bisa menjadi seperti dia karena kita berada dimasa yang berbeda dan kondisi sosial yang berbeda pula. Namun, tidaklah kurang jasanya melakukan perjuangan melalui media – media tersedia. 

Hatta menulis :
pangkal segala pendidikan karakter ialah cinta akan kebenaran dan berani mengatakan salah dalam menghadapi sesuatu yang dianggap salah… dalam memelihara dan memajukan ilmu, karakterlah yang terutama, bukan kecerdasan!. Kurang kecerdasan dapat diisi, kurang karakter sangat sukar memenuhinya…”

Semoga generasi kita tidaklah seperti generasi sampah yang bisa diinjak – injak oleh penguasa yang kotor dan korup.



Disadur dari "Jadilah Intelektual Progressif" karangan EKO PRASETYO, Resist Book. Dengan perubahan seperlunya. Rheyzaurus
            

23 Februari 2010

Iwan Fals - Dendam Damai

0 komentar
DENDAM DAMAI




Tak habis pikir aku tak mengerti
Mengapa ada orang yang senang membunuh?
Hanya karena uang semata
Atau demi kuasa dan nama

Bagi kita rakyat biasa
Tak berdaya ditodong senjata
Mencuri hidup yang hanya sekali
Hanya berdoa yang kita bisa

Dendam dendam celaka
Menghasut kita tak jemu menggoda
Damai damai dimana
Bersembunyi tak ada wujudnya

Kapan berakhirnya situasi seperti ini ?
Tidak bisakah kita saling berpelukan ?

Bukankah indah hidup bersama
Saling berbagi saling menyinta
Terasa hangat sampai ke jiwa
Memancar ke penjuru dunia

Jangan goyah percayalah teman
Perang itu melawan diri sendiri
Selamat datang kemerdekaan
Kalau kita mampu menahan diri

Dendam dendam celaka
Menghasut kita tak jemu menggoda
Damai damai dimana
Bersembunyi tak ada wujudnya

Kapan berakhirnya situasi seperti ini?
Tidak bisakah kita saling berpelukan?

Tak habis pikir aku tak mengerti
Mengapa ada orang yang senang membunuh?
Hanya karena uang semata
Atau demi kuasa dan nama

Hanya karena itu semua
Rela hancurkan tanah tercinta
Rela hancurkan tanah tercinta

 

Rheyzaurus - Hanya Untuk Bertahan Hidup

0 komentar

Aku berdiri seorang diri mencengkeram hati dan pikiranku sekaligus menahan mereka agar tidak terhanyut. Aku melihat banyak hal banyak kisah sedih dan tragis kisah yang bernama kehidupan.

Aku sering mendengar ocehan setan yang bercampur dengan bisikan malaikat. Aku menyimaknya, aku mendengarnya, dengan seksama.

Apa gerangan yang mengusik asa? Jawab yang ku harap. Namun hanya mampu berbalik arah dan menghampiri sepi.

Sesak kian merayap dan mengendap, muak terus membisiki nurani. 
Tapi ku kan berjuang melalui hari ini, menepis gejolak yang menggelegak.

Karena aku bukan segumpal daging mati...!!!
Karena aku bukan budak sandiwara kebencian hati...!!!

Pikirku,
Apakah semua ini tak ada artinya??,
Jika yang kulakukan hanya berteriak memaki kepada langit??.
Walaupun aku tak sudi untuk menjadi budak kebencian, namun alirannya telah menyatu dengan darahku. Hingga ku semakin terpuruk dan sulit tuk bedakan dosa dan bukan???

Apakah semua ini tak ada artinya??,
Jika kekesalanku tak berarti apa2, hingga saat semua orang
Terlihat busuk dan munafiq di depanku!!!

Pikirku,
Mungkin ku hanya seorang pecundang
Yang tak kan pernah mengerti selamanya,
Yang takut menghadapi hangatnya mentari esok pagi

Dan pikirku pun,
Bukan hanya aku yang merasakan ini,
Merasakan kehidupan telah membencinya,
Merasakan semuanya sungguh tak adil...

Maafku untuk kalian yang telah ku anggap sebagai orang2 kolot yang terlalu idiot,,,
Maafku untuk kalian yang telah kuanggap sebagai parasit dalam hidupku,,,
Dan maafku untukmu yang telah menciptakan aku jika yang kulakukan selama ini hanya mengeluh...
 rheyzaurus pharmarensis guevara 

(dapat dilihat juga disini)

22 Februari 2010

Secuil Ungkapan Jiwa

0 komentar
     Dedicated to the always faithful with me : my sweety vermouth
 
“Disaat cinta membuka kedua mataku dengan pancaran magisnya dan untuk pertama kalinya mengguncang jiwa melalui sentuhan – sentuhan lembut jemari – jemarinya yang berapi”. 
 
 
 

Dalam hidupnya setiap pemuda akan kedatangan seorang “Mahadewi” yang datang dengan tiba-tiba dimusim semi kehidupannya. Mengubah kesunyiaannya menjadi saat-saat yang bahagia serta mengisi kesunyian malam-malam dengan musik kehidupan (sebuah “lagu” kedamaian yang menenangkan dan menerbangkan jiwaku menuju keindahan tak terlukiskan).
Saat kulihat langit, kulihat ”tiga bintang” disana , kerlipnya begitu menusuk kalbu dan kesucian jiwa. “Langit biru..!”, gumamku dalam hati yg menggambarkan malamku yang indah.
Dan kulihat sang Dewi duduk didepan jendela malam, melemparkan pandangan dengan mata berbinar tanpa mampu mengucap sepatah katapun. Seolah dia tahu bahwa keindahan memiliki bahasa surgawi, lebih mulia  dari segala suara yang dituturkan oleh lidah dan bibir-bibir.
Hanya jiwa kami yang mampu menangkap “keindahan-keindahan” itu. Keindahan yang membuat kami bingung tanpa kami mampu menggambarkannya dalam bentuk kata-kata , karena “Ia” adalah sebuah perasaan yang tak terlihat oleh mata kita , berasal dari keduanya baik dari orang yang menatap ataupun orang yang ditatapnya.
Keindahan yang sesungguhnya adalah sinar yang menghiasi memancar dari jiwa dan raga yang paling suci, laksana kehidupan yang datang dari pusar bumi , memberinya warna dan warni pada bunga. Apakah jiwaku dan jiwa Mahadewi saling bertemu disetiap hari??
Dan apakah perasaan rindu itulah yang membuatku melihat “Mahadewi” seolah perempuan paling cantik dibawah Matahari ini? atau aku mabuk anggur “masa muda” yang membuatku berkhayal akan sesuatu yang tak bisa ku pahami?
Apakah khayalan membutakanku dan membuatku membayangkan pancaran dimata “Mahadewi”, manis kata dibibir merahnya, ataukah semua itu yg telah membukakan mataku agar melihat kebahagiaan hidup??
Teramat sulit untuk menjawab semua pertanyaan ini, tapi aku hendak berkata sejujurnya bahwa pada saat itu aku merasakan “sangkar” yang tak pernah aku kunjungi dan kurasakan sebelumnya, kasih sayang baru yang masuk diam – diam kedalam hatiku, laksana roh yang melayang-layang diatas singgasana alam raya ini.
Mahadewiku didalam setiap mimpiku kau selalu mendendangkan lagu disetiap sudut dan tepian telaga sunyiku, dan dari mimpi itu berusaha kubangun “menara-menara langit” dari “tiang-tiang” rindu. Dan apabila tangan kita sempat bersentuhan di “alam mimpi”, mari tegakkan “menara-menara” tersebut hingga menjulang tinggi menuju cakrawala keabadian dan ketulusan cinta kasih.
Mahadewi” wanita sempurnaku, apakah engkau kelak akan selalu ada dalam setiap perenunganku, selalu menemaniku baik suka maupun duka..?^^


 

20 Februari 2010

Welcome To Myself

0 komentar

Setelah sekian lama bergumul dengan tutorial – tutorial dan panduan – panduan yang menyesatkan, akhirnya gw jadi juga blog gw sendiri.

Walaupun masih rada – rada gak waras akibat stress yang berkepanjangan , tapi biarlah gw akan tetap melanjutkan visi dan misi gw dari dulu yaitu NGE-BLOG AMPE GILA…!!!

Mungkin terlalu ekstrim bagi eorang pemula kayak gw, but so what gitu loh???

Blog ini akan gw isi dengan pengalaman-pengalaman gak penting gw sehari-hari, atau mungkin juga akan gw isi dengan beberapa postingan yang bakalan gak nyambung dengan urat syaraf gw..

But sooner or later, gw akan coba trz kembangin blog gw ini…!!!

keep peace, love, and free..!!!