22 Februari 2010

Secuil Ungkapan Jiwa

     Dedicated to the always faithful with me : my sweety vermouth
 
“Disaat cinta membuka kedua mataku dengan pancaran magisnya dan untuk pertama kalinya mengguncang jiwa melalui sentuhan – sentuhan lembut jemari – jemarinya yang berapi”. 
 
 
 

Dalam hidupnya setiap pemuda akan kedatangan seorang “Mahadewi” yang datang dengan tiba-tiba dimusim semi kehidupannya. Mengubah kesunyiaannya menjadi saat-saat yang bahagia serta mengisi kesunyian malam-malam dengan musik kehidupan (sebuah “lagu” kedamaian yang menenangkan dan menerbangkan jiwaku menuju keindahan tak terlukiskan).
Saat kulihat langit, kulihat ”tiga bintang” disana , kerlipnya begitu menusuk kalbu dan kesucian jiwa. “Langit biru..!”, gumamku dalam hati yg menggambarkan malamku yang indah.
Dan kulihat sang Dewi duduk didepan jendela malam, melemparkan pandangan dengan mata berbinar tanpa mampu mengucap sepatah katapun. Seolah dia tahu bahwa keindahan memiliki bahasa surgawi, lebih mulia  dari segala suara yang dituturkan oleh lidah dan bibir-bibir.
Hanya jiwa kami yang mampu menangkap “keindahan-keindahan” itu. Keindahan yang membuat kami bingung tanpa kami mampu menggambarkannya dalam bentuk kata-kata , karena “Ia” adalah sebuah perasaan yang tak terlihat oleh mata kita , berasal dari keduanya baik dari orang yang menatap ataupun orang yang ditatapnya.
Keindahan yang sesungguhnya adalah sinar yang menghiasi memancar dari jiwa dan raga yang paling suci, laksana kehidupan yang datang dari pusar bumi , memberinya warna dan warni pada bunga. Apakah jiwaku dan jiwa Mahadewi saling bertemu disetiap hari??
Dan apakah perasaan rindu itulah yang membuatku melihat “Mahadewi” seolah perempuan paling cantik dibawah Matahari ini? atau aku mabuk anggur “masa muda” yang membuatku berkhayal akan sesuatu yang tak bisa ku pahami?
Apakah khayalan membutakanku dan membuatku membayangkan pancaran dimata “Mahadewi”, manis kata dibibir merahnya, ataukah semua itu yg telah membukakan mataku agar melihat kebahagiaan hidup??
Teramat sulit untuk menjawab semua pertanyaan ini, tapi aku hendak berkata sejujurnya bahwa pada saat itu aku merasakan “sangkar” yang tak pernah aku kunjungi dan kurasakan sebelumnya, kasih sayang baru yang masuk diam – diam kedalam hatiku, laksana roh yang melayang-layang diatas singgasana alam raya ini.
Mahadewiku didalam setiap mimpiku kau selalu mendendangkan lagu disetiap sudut dan tepian telaga sunyiku, dan dari mimpi itu berusaha kubangun “menara-menara langit” dari “tiang-tiang” rindu. Dan apabila tangan kita sempat bersentuhan di “alam mimpi”, mari tegakkan “menara-menara” tersebut hingga menjulang tinggi menuju cakrawala keabadian dan ketulusan cinta kasih.
Mahadewi” wanita sempurnaku, apakah engkau kelak akan selalu ada dalam setiap perenunganku, selalu menemaniku baik suka maupun duka..?^^


 

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Meninggalkan Komentar